BREBES, KOMPAS.com - Selama belasan tahun, Desti, nenek lansia berusia 81 tahun harus berjuang sendirian merawat anak bungsunya Karto (43) yang mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Ironisnya, warga miskin ini tinggal di rumah sangat tidak layak huni. Tepatnya di Dusun Pangebonan RT 003 RW 006, Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo, Brebes, Jawa Tengah.
Bagian belakang rumah yang sudah dihuni puluhan itu akhirnya ambruk akibat diguyur hujan, Rabu (17/1/2024). Nenek Desti akhirnya diungsikan ke rumah tetangga.
Sementara itu, Karto terpaksa tinggal di tempat bekas kandang sapi milik warga karena kerap mengamuk dan memaki-maki ibunya dengan nada tinggi.
Baca juga: Puluhan APK di Pantura Brebes Dirusak OTK, Caleg DPR RI Lapor Bawaslu
Tak memiliki biaya cukup, membuat Karto selama ini tidak bisa menjalani pengobatan maksimal. Apalagi, Karto juga tidak memiliki KTP elektronik.
"Karunya ningalina abi mah, nggeus belasan tahun kondisi budak teh nu kitu. Kadang sedih, teu bisa nanaon (Kasian saya lihatnya, sudah belasan tahun kondisi anak seperti itu. Kadang sedih tidak bisa apa-apa)," kata Desti, dalam bahasa Sunda, kepada Kompas.com, Jumat (19/1/2024).
Nenek Desti mengaku tak bisa berbuat banyak, dan terpaksa merelakan anaknya sementara tinggal di bekas kandang sapi milik warga.
Nenek Desti memang masih mempunyai tiga anak lainnya, namun sudah berkeluarga dan tidak tinggal serumah hingga ada yang merantau.
Diketahui, rumah nenek Desti berada di Dusun Pangebonan, Desa Bandungsari, yang merupakan daerah terpencil wilayah pegunungan barat daya dari Kota Brebes.
Lokasinya berjarak sekitar 60 kilometer dari pusat pemerintahan. Meski masih di Jawa Tengah, namun bahasa sehari-hari masyarakat sekitar bahasa Sunda.
Untuk bisa sampai ke rumah nenek Desti, bahkan harus melewati anak tangga menanjak di tengah perbukitan.
Baca juga: Ketika Sultan Bingung Pose dan Takut Dikomentari...
Setelah melewati jalan nasional Banjarharjo-Salem, akses kendaraan menuju rumahnya sangat terbatas.
Jalanan berbatu, terjal, menikung dan sempit dihiasi pemandangan perkebunan, sawah hingga rumah warga semi permanen.
Masyarakat setempat sehari-hari menjadi petani dan mengolah perkebunan dengan rata-rata ekonomi menengah ke bawah.