Salin Artikel

Cerita Pilu Nenek Desti, Belasan Tahun Rawat Anak ODGJ, Rumah Ambruk, Anaknya Kini Tinggal di Kandang Sapi

Ironisnya, warga miskin ini tinggal di rumah sangat tidak layak huni. Tepatnya di Dusun Pangebonan RT 003 RW 006, Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo, Brebes, Jawa Tengah.

Bagian belakang rumah yang sudah dihuni puluhan itu akhirnya ambruk akibat diguyur hujan, Rabu (17/1/2024). Nenek Desti akhirnya diungsikan ke rumah tetangga.

Sementara itu, Karto terpaksa tinggal di tempat bekas kandang sapi milik warga karena kerap mengamuk dan memaki-maki ibunya dengan nada tinggi.

Tak memiliki biaya cukup, membuat Karto selama ini tidak bisa menjalani pengobatan maksimal. Apalagi, Karto juga tidak memiliki KTP elektronik.

"Karunya ningalina abi mah, nggeus belasan tahun kondisi budak teh nu kitu. Kadang sedih, teu bisa nanaon (Kasian saya lihatnya, sudah belasan tahun kondisi anak seperti itu. Kadang sedih tidak bisa apa-apa)," kata Desti, dalam bahasa Sunda, kepada Kompas.com, Jumat (19/1/2024).

Nenek Desti mengaku tak bisa berbuat banyak, dan terpaksa merelakan anaknya sementara tinggal di bekas kandang sapi milik warga.

Nenek Desti memang masih mempunyai tiga anak lainnya, namun sudah berkeluarga dan tidak tinggal serumah hingga ada yang merantau.

Diketahui, rumah nenek Desti berada di Dusun Pangebonan, Desa Bandungsari, yang merupakan daerah terpencil wilayah pegunungan barat daya dari Kota Brebes.

Lokasinya berjarak sekitar 60 kilometer dari pusat pemerintahan. Meski masih di Jawa Tengah, namun bahasa sehari-hari masyarakat sekitar bahasa Sunda.

Untuk bisa sampai ke rumah nenek Desti, bahkan harus melewati anak tangga menanjak di tengah perbukitan.

Setelah melewati jalan nasional Banjarharjo-Salem, akses kendaraan menuju rumahnya sangat terbatas.

Jalanan berbatu, terjal, menikung dan sempit dihiasi pemandangan perkebunan, sawah hingga rumah warga semi permanen.

Masyarakat setempat sehari-hari menjadi petani dan mengolah perkebunan dengan rata-rata ekonomi menengah ke bawah.


Awal gangguan mental

Kerabat nenek Desti, Wastri mengatakan, Kasto mengalami gangguan mental sejak 2008.

Kasto sebelumnya pernah menikah dan memiliki anak, namun telah bercerai dan hidup terpisah.

Karena rumah roboh, Karto memang sengaja sementara tinggal di tempat bekas kandang sapi.

"Karena rumahnya roboh ya dipindahkan. Sekarang tinggal di kandang sapi," kata Wasri.

Wasri menceritakan, Karto sebelumnya bekerja merantau di Jakarta. Tak lama pulang merantau, Karto sering marah-marah karena permasalahannya.

Gangguan mentalnya makin parah hingga mengalami depresi berat.

"Dulu orangnya sehat, malah pintar mengaji. Tapi, sekitar tahun 2008 mulai alami gangguan jiwa hingga sering mengamuk. Sebelum lumpuh juga sering mengamuk," kata Wastri.

Wastri menyebutkan, Karto memiliki satu anak baru lulus SMA. Anaknya perempuannya yang kini tinggal bersama ibunya, seringkali menengok sang ayah.

"Anaknya sering nengok ke sini. Anaknya sekarang sudah kerja," ungkap Wastri.

Untuk makan sehari-hari, nenek Desti sering mengantarkan makanan untuk anak bungsunya yang tinggal di kandang sapi.

Kadang, para tetangga juga memberinya makan.

"Kalau buang air ya di tempat itu juga. Nanti yang membersihkan ibunya," terang Wastri.


Bangun rumah dan pengobatan

Tokok masyarakat Banjarharjo, Warsudi mengapresiasi gotong royong warga dan pihak pemdes yang luar biasa peduli.

Tak berhenti di situ, pihak Pemkab Brebes juga harus turun tangan membantu keluarga nenek Desti.

Selain membantu mendirikan kembali rumah Desti, juga dengan merujuk Karto ke rumah sakit untuk menjalani perawatan maksimal.

"Melihat kondisi anaknya (Karto) harus segera diobati. Saya berharap Pemkab melalui Dinas Sosial dan Kesehatan segera turun ke sini untuk membawa ke RSUD atau kalau memang ODGJ maka dibawa ke RS Jiwa," kata Warsudi, yang juga anggota DPRD Brebes.

Kepala Dusun Pangebonan, Desa Bandungsari, Angsorul mengatakan, warga dengan kesadaran tinggi akhirnya bergotong-royong membantu mendirikan ulang rumah nenek Desti, Jumat (19/1/2024).

"Tahun ini diusulkan dari desa akan direhab, tapi roboh duluan. Akhirnya desa beri material, dan tenaga gotong royong warga. Harapannya rumahnya si ibu bisa berdiri lagi," kata Angrosul.

Angrosul mengatakan, keluarga nenek Desti memang pernah terdaftar sebagai Program Keluarga Harapan (PKH), namun sudah lama terhenti.

"Dulu dapat bantuan dari PKH, setelah migrasi pencairan dari BNI peralihan ke Bank Mandiri tidak keluar. Akhirnya jalan keluarnya dari Desa memberikan bantuan BLT desa," kata Angrosul.

Angrosul mengatakan, Karto tidak memiliki e-KTP sehingga tidak masuk dalam Kartu keluarga (KK) orangtuanya. Hal itu lantaran Karto tidak bisa melakukan perekaman data.

"Akhirnya tidak punya KTP. Tapi, kalau BPJS ada. Karena tidak ada KTP elektrik tidak dapat bantuan. Tapi, dari Dinas Kesehatan dan Sosial dapat bantuan. Puskesmas juga sering kontrol dan beri obat," ujar Angrosul.

Angrosul memang berharap, agar Karto lebih baik dirawat di rumah sakit. Agar tidak merepotkan nenek Desti yang sudah sepuh.

"Baiknya memang dirawat di rumah sakit. Biar tidak merepotkan orangtuanya. Ya diobati, semoga bisa sembuh seperti dulu lagi," pungkas Angrosul.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/19/190409878/cerita-pilu-nenek-desti-belasan-tahun-rawat-anak-odgj-rumah-ambruk-anaknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke