PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Desain cual dan batik lokal khas Bangka Belitung memerlukan sentuhan kreasi yang lebih bervariasi agar dapat diterima di pasar modern.
Cual adalah kain tenun tradisional Bangka Belitung, mirip songket tetapi motifnya tenun ikat.
Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Safriati Safrizal desain cual dan batik lokal yang ada saat ini cenderung sangat umum dan sudah ada sejak zaman dulu.
Baca juga: 5 Oleh-Oleh Khas Balikpapan, Kerupuk Amplang dan Sarung Songket
Hal ini menurut Safriati harus dibenahi agar kerajinan tersebut bisa lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Safriati berharap para desainer mampu memberi sentuhan variasi desain yang lebih bagus yang disesuaikan dengan kebutuhan baju atau berbagai jenis pakaian lain.
"Babel juga harus punya desain tersendiri untuk bisa dikenal masyarakat luar, karena saya juga banyak mempromosikan ini ke teman-teman saya di luar agar mereka semakin tahu motif khas Babel," kata Safriati.
Baca juga: Busana dari Tenun Cual Khas Bangka Belitung Ditampilkan di Paris
Safriati mengatakan Dekranasda Babel selalu memberi dukungan kepada semua pelaku UMKM agar berbagai produk yang dihasilkan bisa dipamerkan di setiap kegiatan tingkat nasional dan bahkan internasional.
Selama ini Babel dikenal memiliki banyak produk UMKM, antara lain jenis kerajinan tangan berupa rajutan, kain tenun, batik dan kerajinan dari bahan alam lainnya.
"Banyak produk dibuat para pelaku UMKM namun masih sedikit yang dipamerkan di gerai-gerai pameran UMKM," kata dia.
Dekranasda Babel juga memberi pembinaan kepada pelaku UMKM agar terus berinovasi membuat produk kerajinan yang berdaya saing.
Baca juga: Makna Tersembunyi di Balik Tenun Cual, Kekayaan Tradisi sejak Zaman Belanda
Termasuk dalam upaya menambah variasi motif pada cual, batik atau mode pakaian khas Babel demi menarik daya tarik pembeli.
"Saya juga sedang gencar mengunjungi pelaku UMKM untuk melihat potensi apa saja yang bisa kita masukkan dan pamerkan di gerai," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.