Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Tersembunyi di Balik Tenun Cual, Kekayaan Tradisi sejak Zaman Belanda

Kompas.com - 02/11/2020, 09:15 WIB
Heru Dahnur ,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Sejarawan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, pada kampung-kampung lama di Kota Muntok, tumbuh dan berkembang tenunan kain cual yang dikerjakan kaum perempuan.

Ini tak lepas dari sejarah Kota Muntok yang berstatus keresidenan dan Belanda telah berhasil memadamkan perlawanan Depati Amir pada sekitar 1851.

"Setelah keberadaan Inggris pada 1812 sampai 1816, maka kemudian Belanda menguasai Bangka. Pada 1865, Belanda menetapkan Pulau Bangka atas 10 distrik. Masing-masing distrik dikepalai administrateur district (berkebangsaan Belanda), dibantu seorang demang (pribumi) dan di bawahnya beberapa kepala onderdistrict yang bergelar batin yang kemudian membawahi beberapa kepala kampung (gegading)," ujar Elvian kepada Kompas.com.

Baca juga: Berburu Tenun Cual Kuno, Mengunci Sejarah, Merawat Tradisi

Elvian menuturkan, Kota Muntok sebagai tempat kedudukan Residen Bangka terkenal karena berbagai kemajuannya.

Perempuan-perempuan dalam Kota Muntok terutama yang tinggal di kampung-kampung seperti Kampung Pemuhun dan Kampung Patemun (sekarang Teluk Rubiah) pada masa itu pekerjaannya adalah bertenun.

Mereka membuat kain dan selendang dari sutra.

Ada juga yang dicampur dengan benang emas, terutama untuk pakaian perempuan.

Kain tenun Mentok itu disebut dengan nama kain cual.

Baca juga: Kisah Tenun Cual Khas Bangka, Meredup karena Perang Dunia

Kain ini kemudian diperdagangkan ke negeri lain seperti ke Palembang, Pulau Belitung, Pontianak, Singapura dan pada bagian lain tanah melayu.

Harga selembar kain cual yang berbentuk selendang berkisar paling murah f 25 - sampai f 100 (mata uang gulden Belanda).

Pengrajin kain tenun cual di Museum Cual Ishadi Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.kompas.com/heru dahnur Pengrajin kain tenun cual di Museum Cual Ishadi Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Fungsi religi dan budaya

Menenun kain cual awalnya merupakan tradisi kekriyaan bangsawan di Mentok yang bergelar Abang dan Yang, terutama perempuan keturunan dari Ence' Wan Abdul Hayat (Lim Tau Kian).

"Tidak mengherankan bila beberapa motif cual mendapat pengaruh China sepert naga bertarung, burung hong, dan motif kembang China. Pada sekitar abad 18, tenun cual merupakan salah satu kriya etnik nusantara yang memiliki fungsi religius, untuk upacara, kepentingan magis dan untuk fetish. Fungsi primer dari tenun Cual adalah sebagai pakaian kebesaran bangsawan atau upacara," kata Elvian.

Tenun cual sejak lama juga digunakan sebagai bahan pajangan di dinding untuk memperindah tampilan rumah serta menunjukkan status sosial penghuni rumah.

"Sebagai pusaka lama, tenun cual juga sering dijadikan 'obat' untuk mengatasi penyakit tertentu pada diri manusia. Cual sendiri berasal dari kata “celupan awal” pada benang yang akan diwarnai," kata dia.

Baca juga: Mengenal Tenun Masalili, Cendera Mata yang Merambat hingga Luar Negeri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com