KOMPAS.com - Warga kampung nelayan Ai Bari Dusun Bajo, Desa Kukin, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kesulitan akses air bersih setiap musim kemarau.
Dampak fenomena perubahan iklim El Nino, membuat warga kampung nelayan seperti Ai Bari merasakan musim kemarau lebih panjang.
“Tahun kemarin bulan 12 curah hujan sudah merata dan intensitasnya sering. Berbeda banget sekarang ini puncak-puncaknya kekeringan,” kata Juwita (41) saat ditemui Kamis (14/12/2023).
Baca juga: Krisis Air Bersih, 336 KK di Kediri Andalkan Suplai Pemerintah
Memang, faktanya demikian. Hujan belum merata di wilayah tersebut dan intensitasnya jarang.
“Iya, hujan masih jarang turun di sini. Padahal air hujan biasanya kami tampung sebagai sumber air bersih yang bisa digunakan untuk masak,” kisahnya.
Krisis air bersih dan sanitasi masih menjadi salah satu momok bagi para wanita termasuk anak perempuan. Pasalnya, mereka yang biasanya mencari air untuk kebutuhan rumah tangga.
Sementara itu para suami dan anak laki-laki mencari ikan di laut sebagai sumber penghasilan keluarga.
Peran perempuan seringkali diabaikan dan kurang terdokumentasikan dengan baik perihal efek dari perubahan iklim.
Kampung pesisir Ai Bari termasuk wilayah yang rawan air bersih. Hanya beberapa warga menggunakan air sumur yang rasanya asin untuk keperluan mandi, mencuci, dan lain-lain.
Sedangkan air bersih digunakan warga untuk keperluan minum dan memasak dibeli dengan harga Rp 5.000 per galon.
“Saya beli tiga air galon dengan harga Rp 15.000 per hari. Karena kemarau ini semakin panas, kami jadi sering dehidrasi dan minum air putih lebih banyak,” cerita Juwita.
Jika musim hujan, ia hanya beli air galon satu kali dalam tiga hari dengan harga Rp 5.000 untuk kebutuhan minum. Sebab, kebutuhan memasak ditampung dari air hujan.
Baca juga: Terdampak Kekeringan, 5 Dusun di Jombang Alami Krisis Air Bersih
“Kami punya bak penampung air hujan. Tapi sekarang belum bisa digunakan dulu masih tunggu hujan turun,” ucapnya.
Menurut Juwita, ada bantuan distribusi air bersih dari pemerintah BPDB maupun kepolisian tetapi tidak tiap hari.
“Ada bantuan air bersih kemarin. Tapi tidak tiap hari. Kadang satu minggu dua kali selama puncak musim kemarau ini. Kalau sudah tidak ada bantuan maka kami beli,” jelasnya.