Bencana hidrometeorologis yaitu cuaca ekstrem dan krisis air bersih saat musim kemarau semakin sering dirasakan warga sebagai dampak perubahan iklim.
Demikian disampaikan Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbawa, Rusdianto.
“Ada 43 desa yang alami kekurangan air bersih saat musim kemarau. Kami sudah turun distribusi air dan hingga sekarang masih dilakukan,” kata Rusdianto.
Namun, keterbatasan sumber daya dan armada, dengan persebaran penduduk yang cukup luas pada 24 kecamatan, membuat pendistribusian air tidak bisa satu hari dalam satu desa.
“Kami bagi tim untuk distribusi air. Karena hanya ada 4 armada,” sebutnya.
Mendorong perencanaan, penganggaran dan pembiayaan akses kebutuhan air bersih bisa dilakukan forum PSDAT dengan skema pentahelix.
Baca juga: 4.089 Jiwa Warga di Sumbawa Barat Krisis Air Bersih Ekstrem
Artinya, menyatukan semua stakeholder di lingkup pemerintah daerah kabupaten, provinsi hingga keterwakilan pemerintah pusat di daerah NTB, akademisi, Forum DAS Provinsi NTB, Forum Penanggulangan Resiko Bencana Provinsi NTB, Kecamatan, Desa, kelompok perempuan, TP- PKK, Kelompok/komunitas, masyarakat pemerhati air, swasta dan lain-lain.
“PSDAT ini dibentuk di Kabupaten Sumbawa sesuai rekomendasi dari hasil riset kolaborasi yang dilakukan Monash University Australia dan Yayasan Plan pada 2022,” demikian disampaikan Provincial Coordinator NTB - Water for Women Project Yayasan Plan International Indonesia, Jatmoko, Kamis (14/12/2023).
Ia menyampaikan rangkaian workshop pengelolaan sumber daya air digelar untuk berkoordinasi dengan para pihak terkait.
PSDAT memastikan terwujudnya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Berkesetaraan Gender dan Inklusi sosial di Kabupaten sumbawa hingga kebutuhan dan akses layanan dasar terhadap kebutuhan air terpenuhi tanpa terkecuali atau dikenal dengan istilah no one left behind yang didukung pengelolaan sumber daya air.
“Proses yang kami lakukan kemarin melalui 5 pilar PSDAT yaitu perkuat konservasi sumber daya air, pemanfaatan sumber daya air, manajemen daya rusak, sistem informasi sumber daya air (SISDA), peranan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumber daya alam,” sebut Koko, sapaan akrabnya.
Selanjutnya, pertemuan ini digagas untuk mendapatkan masukkan. Memperkuat rencana aksi kolaborasi ke depan untuk bergerak bersama.
Baca juga: Warga Karimunjawa Khawatir Keberadaan Tambak Udang Picu Krisis Air Bersih
Fasilitator PSDAT, Ludji Michael Tiwi Kaho, Dosen Universitas Nusa Cendana Kupang mengatakan, kekeringan hidrometeorologis di Sumbawa dalam kategori sedang tetapi bisa ke arah risiko tinggi jika tidak dilakukan mitigasi.
Materi itu disampaikannya di hadapan anggota PSDAT Sumbawa.
Menurutnya, risiko tinggi terkait dengan jumlah mata air yang terdapat di kawasan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti salah satunya DAS Batulanteh bisa bertambah atau berkurang bergantung pada faktor alam dan penduduk yang berada di sekitar kawasan.
Melalui kearifan lokal masyarakat, pemerintah bisa mendorong agar terus menjaga kelestarian alam yang mempengaruhi daur hidrologi sehingga ketersedian sumber daya alam berupa air akan tetap terjaga.
“Bagaimana upaya kita bersama agar masyarakat di hulu menjaga sumber mata air sehingga hilir bisa teraliri air,” kata Michael.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.