KOMPAS.com - Seorang bocah berinisial NRF (9) tewas dianiaya ayah kandung di Kelurahan Cakranegara Barat, Kecamatan Cakranegara Barat, Kota Mataram, NTB.
Kapolresta Mataram Kombes Mustofa mengatakan, dugaan pembunuhan ini dilakukan oleh ayahnya sendiri berinisil S pada Sabtu (21/10/2023) pukul 19.00 Wita.
"Menurut keterangan ibu korban bahwa dia baru rujuk satu bulan yang lalu dengan S dan sebelumnya S (42) juga mempunyai riwayat penyakit depresi karna pernah kecelakaan saat berkerja dulu," kata Mustofa.
Sementara saat kejadian ibu dari korban sedang tidak berada di rumah karena sedang bekerja.
"Kalau dari keterangan saksi, F (ibu korban) sedang bekerja dan mengetahui anaknya meninggal dari kepala lingkungan setempat," kata Mustofa.
Baca juga: Selokan Mataram Bocor, Sultan HB X: Merusak Ya Memperbaiki
Sang ayah awalnya meminta bantuan kepada tetangga, Rohani (49), menyebut korban anaknya jatuh dari kamar mandi.
Namun tetangga curiga saat melihat kondisi korban yang terbaring di kamar dengan bagian leher terdapat luka.
"Saya tidak sengaja menarik selimutnya, dan melihat ada memar berwarna kusam di bagian leher korban, saya tanyakan langsung pada pelaku yang sedang menangis karena saya melihat itu tidak wajar dan curiga dia dibunuh anak ini," katanya.
Rohani sempat menanyakan hal itu kepada pelaku dan segera melaporkan kejadian ini ke Kepala Lingkungan setempat.
Selai itu, Rohani mengaku sempat mendengar suara benturan keras sebanyak dua kali sebelum pelaku meminta tolong kepadanya.
Saat itu rumah dalam kondisi sepi karena ibu korban sedang bekerja di Kota Mataram.
Baca juga: Pondasi Lantai Selokan Mataram Sempat Bocor, Air Genangi kolam dan Satu Rumah Warga di Sleman
Fitriah, ibu korban menangis histeris usai mengetahui kekejian suaminya kepada anak kandungnya sendiri.
"Ya Allah, saya kerja tanpa berhenti, hanya untuk menghidupi anak-anak saya, tega sekali pembunuh itu, ya Allah, ya Allah," tangis Fitriah yang histeris saat Kompas.com menemuinya di rumahnya Lingkungan Karang Kemong, Cakra Barat, Kota Mataram, Minggu (22/10/2023).
Mata masih sembab dan tangannya memegang dada seolah menyesali apa yang terjadi pada Sabtu (21/10/2023), saat dirinya tengah bekerja menjadi pembantu rumah tangga.
"Saya juga bangunkan dia dan memintanya bersiap mengenakan pakaian adat khas Sasak (Lombok) Lambung, mengikuti pekan budaya di sekolah tiap Sabtu pagi."