BALIKPAPAN, KOMPAS.com-Mungkin tidak ada yang menyangka tumpukan ratusan ton sampah di Manggar, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, bisa meringankan hidup ratusan jiwa.
Setelah gas metana dari gunungan limbah itu disalurkan lewat pipa yang mencapai ratusan meter, lebih dari 300 rumah di sekitar Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Manggar tidak perlu lagi membeli Elpiji 3 kilogram.
Kebutuhan atas gas subsidi itu kini terganti dengan pemanfaatan gas metana yang dari tumpukan sampah.
Baca juga: Terang di Pelosok Kalimantan berkat Pemanfaatan Energi Surya
Suyono, warga sekitar TPAS Manggar, mengatakan sebelum adanya aliran gas dari tempat pengolahan sampah itu ke rumahnya, tiap bulan harus mengeluarkan Rp 40.000 untuk membeli tabung gas 3 kilogram.
Saat ini, dia hanya perlu memberikan iuran Rp 10.000 setiap bulan. Iuran itu dipakai untuk perawatan instalasi pipa penyalur gas metana.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas TPAS Manggar Haryanto mengatakan, pemanfaatan gas metana sudah mereka lakukan sejak 2012.
Pada awalnya, gas itu ditangkap dari air lindi atau cairan yang muncul dari tumpukan sampah.
Gas tersebut kemudian dipakai sebagai bahan bakar pembangkit untuk penerangan dan disa sekitar TPAS Manggar.
Baca juga: Gunungan Sampah di Belitung Terbakar karena Metana, Wabup: Masih Terkendali
Baru pada 2018, setelah ada bantuan corporate social responsibility (CSR) dari Pertamina Hulu Mahakam (PHM), pemanfaatan potensi dari sampah itu semakin besar.
"Kita terbantu CSR PHM. Ada 305 rumah warga teraliri atau tersalurkan gas methane. Bisa gunakan setiap hari 24 jam," sebut Haryanto di TPAS Manggar, belum lama ini.