Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penggemar Sejarah Peranakan Tionghoa Temukan Ratusan Batu Nisan China hingga Bongpay Tertua di Semarang

Kompas.com - 16/06/2023, 07:52 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Perkumpulan Boen Hian Tong Semarang atau Rasa Dharma memindahkan bongpay atau batu nisan China tertua yang ditemukan di kawasan Gunung Brintik Bukit Bergota ke Mount Carmel Memorial Park, Kabupaten Semarang.

Penggemar Sejarah Peranakan Tionghoa, Bram Luska (37) memperkirakan bongpay tersebut telah ada sejak 1701 silam.

"Kalau dari yang ada di bongpay itu tertulis tahun ular logam pada pemerintahan Kaisar Kangxi bila dikonversi ke tahun Masehi berarti tahun 1701. Kemudian tertulis makam mendiang ayahanda Yan-guan (Yen Kuan) kepala keluarga Wu (Go) dalam tulisan Hanzi," ungkap sang penemu bongpay, Kamis (15/6/2023).

Baca juga: Pakar UPH: Etnik Tionghoa Banyak Beradaptasi dengan Budaya dan Masyarakat Lokal

Bongpay dengan panjang 160 cm dan lebar 66 cm itu harus digotong sebanyak enam orang untuk bisa diangkut ke atas mobil pikap. Batu nisan besar itu memiliki ketebalan 19 cm dan diperkirakan beratnya lebih dari 500 kilogram.

Bram menceritakan, awalnya bongpay itu tak sengaja ditemukan di depan halaman rumah teman istrinya pada Desember 2020 lalu.

Ia mendengar, sebelumnya batu nisan itu digunakan warga setempat sebagai jembatan penyeberangan, dan terbengkalai setelah Pemkot Semarang membangun kembali jembatan itu.

"Saya sama temen saya, Mas Pippo Agosto sering blusukan mencari sisa bongpay dan sisa bong yang tersebar di perbukitan Kota Semarang. Untuk melengkapi 'puzzle' sejarah peranakan yang ada di Semarang, dan dari ratusan bongpay yang kita temukan ini bongpay yang paling tua," katanya

Usai menemukan bongpay itu, Bram mengaku sempat bingung untuk menempatkan bongpay itu agar tidak rusak. Ia pun menghubungi Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong Semarang, Harjanto Halim, untuk dimintai pendapat.

Harjanto Halim lalu meminta Bram mengamankan bongpay bersejarah itu di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir Nomor 31, Semarang.

Baca juga: Pao An Tui, Penjaga Keamanan Tionghoa pada Masa Revolusi Kemerdekaan

"Setelah beberapa waktu, Mount Carmel Memorial Park menawarkan untuk menerima bongpay tersebut, pemakaman memanglah tempat yang lebih sesuai untuk batu nisan," ujarnya.

Menurutnya, barang seperti bongpay tidak semestinya disimpan di rumah. Bersamaan dengan itu, pihaknya bermaksud mengumpulkan barang sejenis di tempat khusus di Mount Carmel sebagai bentuk penghormatan pada leluhur.

Bram mengaku dirinya dan Pippo memang penggemar untuk mencari bongpay. Terlebih jika dilihat dari sejarahnya Kota Semarang memiliki pemakaman cina yang sangat luas khusunya diperbukitannya, mulai dari Bergota, Gayamsari, hingga Kedungmudu.

Bram dan sejumlah warga menggotong bongpay tertua ke atas mobil kap di depan Gedung Rasa Darma, kompleks Pecinan, Kamis (15/6/2023).KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Bram dan sejumlah warga menggotong bongpay tertua ke atas mobil kap di depan Gedung Rasa Darma, kompleks Pecinan, Kamis (15/6/2023).

"Kita dari hobi saja, karena ini kan juga sejarah Tionghoa, terlebih yang berhubungan dengan kuburan ini kok tidak pernah tersentuh padahal itu juga sumber sejarah," tandasnya.

Keduannya sangat menyayangkan temuan serupa jarang mendapat perhatian pemerintah. Padahal ia menilai setiap potongnya sarat akan sejarah.

Tak hanya itu, bahkan tak jarang Bram mendapat petunjuk keberadaan bongpay di suatu tempat melalui mimpi saat tidurnya.

Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Komunitas Tionghoa Imbau Masyarakat Waspada Politik Identitas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Korban Penembakan KKB Belum Dipindahkan karena Pesawat Takut Terbang ke Homeyo

Jasad Korban Penembakan KKB Belum Dipindahkan karena Pesawat Takut Terbang ke Homeyo

Regional
Klaim Dapat Dua Rekomendasi Golkar, Dico Bisa Pilih Maju di Pilkada Jateng atau Kendal

Klaim Dapat Dua Rekomendasi Golkar, Dico Bisa Pilih Maju di Pilkada Jateng atau Kendal

Regional
Cegah PMK Jelang Idul Adha, Pedagang di Solo Diminta Tak Datangkan Sapi dari Luar Daerah

Cegah PMK Jelang Idul Adha, Pedagang di Solo Diminta Tak Datangkan Sapi dari Luar Daerah

Regional
Raker Konwil I Apeksi Pekanbaru Dimulai, Ini Rangkaian Kegiatannya

Raker Konwil I Apeksi Pekanbaru Dimulai, Ini Rangkaian Kegiatannya

Kilas Daerah
Jadi Narsum HTBS, Pj Nurdin Paparkan Upaya Pemkot Tangerang Tanggulangi Tuberkulosis

Jadi Narsum HTBS, Pj Nurdin Paparkan Upaya Pemkot Tangerang Tanggulangi Tuberkulosis

Regional
Promosikan Produk Unggulan Koperasi dan UMKM, Pemkot Semarang Gelar SIM

Promosikan Produk Unggulan Koperasi dan UMKM, Pemkot Semarang Gelar SIM

Regional
Ingin Tetap Oposisi, PKS Solo Tolak Bergabung ke Prabowo-Gibran

Ingin Tetap Oposisi, PKS Solo Tolak Bergabung ke Prabowo-Gibran

Regional
Balihonya Bermunculkan Jelang Pilkada, Ketua PPP Magelang Beri Penjelasan

Balihonya Bermunculkan Jelang Pilkada, Ketua PPP Magelang Beri Penjelasan

Regional
Warga Pesisir Lampung Ikuti Sekolah Lapang Iklim

Warga Pesisir Lampung Ikuti Sekolah Lapang Iklim

Regional
Antisipasi Kebocoran PAD, Dishub Kota Serang Terapkan Skema E-Parkir

Antisipasi Kebocoran PAD, Dishub Kota Serang Terapkan Skema E-Parkir

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Regional
WNA Ilegal Masuk Indonesia via Tanjung Balai Diserahkan ke Kejaksaan

WNA Ilegal Masuk Indonesia via Tanjung Balai Diserahkan ke Kejaksaan

Regional
Tanaman Pisang di Ende Terserang Penyakit Darah Pisang

Tanaman Pisang di Ende Terserang Penyakit Darah Pisang

Regional
Dosen Unika Atma Jaya Daftar Jadi Calon Gubernur NTT di Partai Gerindra

Dosen Unika Atma Jaya Daftar Jadi Calon Gubernur NTT di Partai Gerindra

Regional
Buron 10 Tahun Lebih, Perempuan Mantan PNS Ditangkap di Pekanbaru

Buron 10 Tahun Lebih, Perempuan Mantan PNS Ditangkap di Pekanbaru

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com