PURWOREJO, KOMPAS.com - Pemilik Perusahaan Otobus (PO) Sumber Alam, Anthony Steven Hambali menyoroti kebijakan adanya Bus Trans Jateng. Adanya transportasi umum ini dinilai dapat mematikan pengusaha daerah.
Anthony Steven Hambali menyebut, Bus Trans Jateng mematikan pengusaha angkutan kota (angkot) di Purworejo. Regulasi tentang adanya Bus Trans Jateng ini sangat dirasakan pengusaha angkot dan bus yang ada di daerah.
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut Turis Asing Soroti Masalah Sampah di Labuan Bajo
Pasalnya, trayek Bus Trans Jateng sama dengan jalur angkot yang ada saat ini. Tak hanya itu, harga Bus Trans Jateng juga juga jauh dari harga normal.
"Contohnya ya Mas, progam Bus Trans Jateng ini, bayangkan dari Kutoarjo ke Salaman hanya Rp 4.000, tapi apakah dipikirkan kalau itu bisa membunuh temen-temen Kopada," kata Anthony yang Nyaleg lewat Partai Nasional Demokrat (NasDem) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Anthony menambahkan, kebijakan itu dirasa memiliki sejumlah kekurangan. Ia menyebut, beroperasinya Bus Tras Jateng yang disubsidi oleh pemerintah tapi malah menimbulkan persoalan baru di kalangan para sopir dan pengusaha angkutan kota (angkot).
"Di satu sisi, pemerintah subsidinya besar sekali. Di sisi yang lain, pengusaha daerahnya mati, kan ini kayak digebuki bapak sendiri," kata Anthony.
Permasalahan tak hanya itu, Anthony menyebut, adanya Bus Trans Jateng yang diharapkan dapat menjadi salah satu integrasi transportasi tak terpenuhi.
Integrasi transportasi saat ini tidak dapat terwujud karena banyaknya penolakan Bus Trans Jateng masuk ke stasiun dan terminal. Bahkan sejak awal, adanya Bus Trans Jateng sudah didemo ratusan pengusaha dan sopir angkot di Purworejo.
"Tujuannya pemerintah kan adanya integrasi transportasi, lha ini malah tidak tercapai, karena selama ini Trans Jateng ditolak masuk ke terminal dan tidak diperbolehkan," kata Anthony.
Banyaknya regulasi yang tak sesuai dengan kondisi lapangan membuat warga Kutoarjo ini ingin menjadi anggota dewan dan membuat kebijakan. Hal itu diungkapkan Anthony saat ditemui di rumahnya pada Senin (15/5/2023).
"Regulasi banyak yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, paling tidak, kalau nanti di legislatif bisa tahu dan membuat bagaimana regulasi yang pas di masyarakat," kata Anthony.
Baca juga: Kunjungi Jember, Ganjar Soroti Fenomena di Media Sosial, Minta Pendukungnya Lebih Bijak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.