Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BKKBN Sebut Strategi "Screening" Pasangan yang Hendak Menikah Efektif Cegah Stunting

Kompas.com - 20/03/2023, 16:16 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan, salah satu solusi untuk mencegah stunting yakni dengan melakukan screening terhadap pasangan yang hendak menikah.

"Setiap pasangan yang hendak menikah, ayo kita berkolaborasi melakukan screening. Supaya sebelum pasangan itu menikah dilakukan pemeriksaan kesehatan maupun umur," kata Hasto saat diwawancarai Kompas.com usai acara pencanangan pencegahan stunting nasional antara TNI Angkatan Udara bersama BKKBN, di aula El Tari Kantor Gubernur NTT, Senin (20/3/2023).

Baca juga: Di Depan KSAU dan Kepala BKKBN, Gubernur NTT Tawarkan Kelor untuk Atasi Stunting

Data stunting NTT

Khusus untuk NTT, lanjut Hasto, angka kelahiran adalah 130.000 dalam setahun.

"Kalau skenario bayi yang lahir 130.000 dan yang stunting 20 persen, maka anak stunting 26.000 dan ini yang harus dicegah agar tidak lahir bayi stunting," jelas Hasto.

Hasto menjelaskan, BKKBN memberi penguatan kepada gubernur, para bupati, dan Wali Kota di NTT supaya bisa bersama-sama menghitung warga yang hamil.

Tujuannya supaya pemerintah, BKKBN, dan TNI bisa melakukan langkah tindak lanjut untuk mencegah stunting sejak awal.

Baca juga: Cerita Bayi yang Kakinya Melepuh Setelah Ikuti Program Pemeriksaan Stunting

Ribuan anak berisiko stunting

Menurut data, kata Hasto, ada 50.000-60.000 orang yang menikah setiap tahun di NTT.

"Dari pernikahan tersebut pasti yang hamil 40.000 orang ibu. Karena yang hamil pada tingkat pertama sebanyak 40.000 orang maka anak stunting itu bisa 8.000 orang anak," ujar dia.

Sehingga menurutnya screening terhadap pasangan yang hendak menikah sangat diperlukan.

Dia melanjutkan, pasangan yang belum memenuhi syarat boleh tetap menikah tetapi menunda program hamil.

Menurutnya, strategi screening ini harus dilakukan supaya tidak menghabiskan banyak anggaran.

"Kita harus pastikan pasangan menikah khususnya pria harus memiliki sperma harus bagus dan sel telur perempuan juga harus bagus sehingga tidak melahirkan bayi stunting lagi. Karena pemeriksaan kesehatan terhadap pasangan nikah itu simpel dan murah," ujar dia.

Baca juga: Kapolda NTT Instruksikan Kapolres dan Kapolsek Jadi Orangtua Asuh bagi Anak Stunting

Menurutnya, menangani stunting tanpa menerapkan screening akan sulit dilakukan.

Hasto meyakini, penanganan stunting NTT maupun secara nasional dapat mencapai target penurunan 14 persen di tahun 2024. Sebab, banyak pihak terlibat, baik pemerintah, TNI-Polri, NGO, BUMN, BUMD.

Presiden Joko Widodo juga menargetkan pada 2030 mendatang, Indonesia harus bebas kelaparan. Apalagi anggaran stunting secara nasional mencapai Rp 34,1 triliun.

Kementerian Sosial mengelola Rp 23,3 triliun untuk memberi bantuan sosial, PKH dan bantuan non tunai. Sedangkan Kementerian Kesehatan mengelola Rp 8 triliun untuk pembayaran BPJS. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sejarah dan Makna Lambang Tut Wuri Handayani atau Logo Kemendikbudristek

Sejarah dan Makna Lambang Tut Wuri Handayani atau Logo Kemendikbudristek

Regional
Abu Vulkanik Gunung Ruang Selimuti Bandara Sam Ratulangi Manado

Abu Vulkanik Gunung Ruang Selimuti Bandara Sam Ratulangi Manado

Regional
3 Hari Dicari, Penambang yang Tertimbun Galian Batubara Belum Ditemukan

3 Hari Dicari, Penambang yang Tertimbun Galian Batubara Belum Ditemukan

Regional
Cerita Penumpang Pesawat Terdampak Penutupan Bandara Sam Ratulangi, Terancam Tak Bisa Liburan ke Luar Negeri

Cerita Penumpang Pesawat Terdampak Penutupan Bandara Sam Ratulangi, Terancam Tak Bisa Liburan ke Luar Negeri

Regional
Gempa M 5,5 Terjadi di Halmahera Barat, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 5,5 Terjadi di Halmahera Barat, Tak Berisiko Tsunami

Regional
Dimas Tewas Dianiaya Sesama Tahanan di Pekanbaru, 5 Orang Jadi Tersangka

Dimas Tewas Dianiaya Sesama Tahanan di Pekanbaru, 5 Orang Jadi Tersangka

Regional
Mantan Wakil Gubernur Maluku Daftar Cagub di PDI-P

Mantan Wakil Gubernur Maluku Daftar Cagub di PDI-P

Regional
Pekanbaru Siap Gelar Rakerwil I Apeksi 2024, Pj Walkot Muflihun: Persiapan Sudah Tuntas

Pekanbaru Siap Gelar Rakerwil I Apeksi 2024, Pj Walkot Muflihun: Persiapan Sudah Tuntas

Regional
Demo di Banjarnegara Ricuh, Fasum Rusak, 2 Polisi Luka, Ini Pemicunya

Demo di Banjarnegara Ricuh, Fasum Rusak, 2 Polisi Luka, Ini Pemicunya

Regional
Angka Stunting di Lamongan Turun Drastis, Bupati Yuhronur Efendi Paparkan Caranya

Angka Stunting di Lamongan Turun Drastis, Bupati Yuhronur Efendi Paparkan Caranya

Regional
Kakek di Serang Banten Lecehkan Remaja Lalu Diunggah ke Medsos

Kakek di Serang Banten Lecehkan Remaja Lalu Diunggah ke Medsos

Regional
Kunker ke NTB, Presiden Jokowi Akan Resmikan Jalan Inpres dan Bendungan Tiu Suntuk

Kunker ke NTB, Presiden Jokowi Akan Resmikan Jalan Inpres dan Bendungan Tiu Suntuk

Regional
Panen Padi Triwulan I-2024 di Lamongan Berhasil, Rata-rata 7,34 Ton Per Hektar

Panen Padi Triwulan I-2024 di Lamongan Berhasil, Rata-rata 7,34 Ton Per Hektar

Regional
Gelar Halal Bihalal Bersama Jajarannya, Mas Dhito Sampaikan Ini ke Pegawai Pemkab Kediri

Gelar Halal Bihalal Bersama Jajarannya, Mas Dhito Sampaikan Ini ke Pegawai Pemkab Kediri

Regional
Anggota Keluarga Jayabaya Kembali Daftar Bacabup Lebak lewat PDI-P dan Demokrat

Anggota Keluarga Jayabaya Kembali Daftar Bacabup Lebak lewat PDI-P dan Demokrat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com