Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wawan Jadi Kuli Panggul Selama 19 Tahun, Tetap Bersyukur meski Hasil Pas-pasan

Kompas.com - 16/03/2023, 06:01 WIB
Riska Farasonalia,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunawan (38) harus menyambung hidup menjadi seorang kuli panggul di sebuah pasar tradisional di Kota Semarang, Jawa Tengah selama 19 tahun.

Bekerja menjadi kuli panggul merupakan satu-satunya harapan bagi pria yang akrab disapa Wawan ini.

Sebab, menurutnya tak ada pilihan lain mengingat sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang.

Berangkat dari keluarga yang kurang mampu, sejak lulus sekolah dasar (SD) Wawan sudah mengadu nasib di Kota Surabaya.

Baca juga: Perjuangan Kuli di Kawah Ijen Banyuwangi, Menantang Bahaya, Dorong Troli Berisi Turis Naik Turun Gunung

Dia tak bisa melanjutkan jejang pendidikan ke bangku SMP lantaran himpitan ekonomi keluarga.

Di Kota Surabaya, dia bekerja di pabrik kerupuk saat usianya masih 10 tahun.

Kemudian, saat usianya beranjak remaja, dia merantau ke Kota Jakarta untuk bekerja menjadi kuli bangunan.

Setelah berkeluarga, pria asal Kabupaten Sragen itu pun merantau ke Kota Semarang menjadi kuli panggul di Pasar Karang Ayu, Semarang Barat.

Sejak tahun 2004 itu dia rela banting tulang demi menopang hidup istri dan ketiga anaknya di kampung halamannya di Desa Dari, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.

"Saya mulai kerja jadi kuli panggul sejak 2004 sampai sekarang. Karena cari kerjaan kan susah ya," kata Wawan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/3/2023).

Selain itu, Wawan meneruskan jejak sang ayah, Sisyanto (60) yang dulunya juga bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Langgar, Kota Semarang.

"Dulu Bapak saya juga kuli panggul. Kami dari keluarga enggak punya. Saudara-saudara juga banyak yang jadi kuli panggul, juga sempat kerja serabutan," ungkap dia.

Upah tak menentu

Upah Wawan menjadi kuli panggul tidak menentu setiap harinya. Mulai dari kisaran Rp 30.000 hingga Rp 100.000.

"Upahnya ya enggak pasti. Kalau lagi ramai yang datang ya banyak, kalau sepi ya jarang-jarang. Kadang dapat Rp 100.000, Rp 50.000, kadang juga pernah dapat Rp 30.000 sehari," ungkap dia.

Meski pekerjaan menjadi kuli panggul sangatlah berat, namun Wawan tak mengeluh dan tetap bekerja keras.

Walaupun hasilnya pas-pasan, dia bersyukur masih mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Dan yang terpenting, dia bisa makan dan membayar tempat kos selama merantau di Kota Semarang dari hasil jerih payah keringatnya sendiri.

"Rata-rata sebulan enggak tentu. Kalau kerja keras ya bisa sampai Rp 2,5 juta - Rp 3 juta, itu ya syukur. Bisa cukup untuk kebutuhan hidup istri dan 3 anak saya. Karena anak kan juga sekolah. Anak pertama kelas 1 SMA, anak kedua kelas 4 SD dan anak ketiga masih bayi umur 6 bulan," jelas dia.

Ganti barang yang pecah

Bagi Wawan, bekerja menjadi kuli panggul memiliki tantangan tersendiri.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Regional
BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

Regional
Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Regional
2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

Regional
2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

Regional
Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Regional
Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Regional
Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Regional
Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com