JAYAPURA, KOMPAS.com - Operasi penyelamatan pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthes telah memasuki hari ke-25.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menjelaskan, personel Polri-TNI berusaha menyelamatkan Kapten Philip dengan risiko paling kecil.
Baca juga: Kapten Philip Masih Disandera, Kapolres Nduga: Saya Yakin Dia Bukan Bagian dari KKB
Selain faktor geografis dan minimnya infrastruktur telekomunikasi, personel gabungan tidak ingin operasi penyelamatan pilot asal Selandia Baru itu menimbulkan korban dari masyarakat sipil.
"Kami bersama-sama TNI sedang berupaya maksimal untuk melakukan negosiasi dan penegakan hukum secara teliti," ujar Fakhiri di Jayapura, Sabtu (4/3/2023).
Fakhiri menyebut, Egianus Kogoya merupakan sosok yang militan sehingga personel gabungan kesulitan menentukan lokasi persembunyiannya.
Apalagi, Egianus Kogoya sangat menguasai wilayah Nduga. Egianus juga dikenal jarang keluar dari wilayah itu.
Fakhiri menyebut, KKB kerap membaur dengan masyarakat tanpa membawa senjata api. Sehingga, personel gabungan tak bisa sembarangan bergerak meski telah mengetahui posisi KKB Egianus Kogoya.
"Kelompok ini suka bergerilya dan menjadikan masyarakat sebagai sandaran sehingga kita harus sangat berhati-hati," kata Fakhiri.
Oleh karena itu, Fakhiri meminta seluruh pihak bersabar karena TNI-Polri tidak diam menghadapi penyanderaan warga negara Selandia Baru itu.
Selain itu, Fakhiri pun mencontohkan kasus penyanderaan di Kampung Banti, Distrik Tembagapura, kabupaten Mimika, yang baru bisa diselesaikan selama hampir dua bulan.
Saat proses penyelematan sandera di Banti, personel gabungan tidak terkendala transportasi karena sudah ada akses darat.
Sementara terkait kasus penyanderaan Kapten Philip di Nduga, proses pencarian dilakukan menggunakan transportasi udara.
"Memang membutuhkan waktu, saya berharap kita semua harus bersabar," kata Fakhiri.