Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Widyo, Pemilik Bolang-Baling Legendaris yang Bertahan Sejak Tahun 1973 di Kota Semarang

Kompas.com - 22/02/2023, 21:21 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Di antara banyaknya penjual bolang-baling di Kota Semarang, "Bolang-Baling Peterongan" milik Oei Widyo Subodo merupakan salah satu jajanan khas Semarang yang legendaris.

Terletak di Jalan Wonodri Krajan III, Kota Semarang, rumah produksi "Bolang-Baling Peterongan" ini berdiri.

Tampak beberapa orang sedang memotong adonan dan menggoreng bolang-baling di wajan yang besar. Sedangkan satu orang lainnya, mengantar bolang-baling yang sudah matang ke gerobak pangkalannya, tepatnya di pinggir jalan depan Rumah Makan Nglaras Rasa Peterongan.

Baca juga: Kisah Ge Haryanto, Bangun Komunitas Pojok Warna untuk Wadahi Pelukis Berbagai Aliran di Kota Semarang

Pemilik Bolang-Baling Peterongan yang kerap disapa Widyo itu menuturkan, makanan hasil racikannya ini sudah berdiri sejak tahun 1973 lalu.

Awalnya, Widyo mendapatkan resep dari kawan karibnya keturunan Tionghoa yang ahli dalam membuat bolang-baling maupun cakwe.

Namun lantaran kawannya lebih memilih menjadi tukang becak, maka dirinyalah yang mengaplikasikan resep tersebut untuk usaha dagangnya.

"Guru saya itu orang Jepara, tapi orangtuanya dari China. Si ayahnya dulu produksi bolang-baling, sampai sudah punya nama besar di sana. Tapi anehnya, guru saya itu memilih jadi tukang becak, bukan usaha bolang-baling. Dan yang resep bolang-baling itu diajarkan ke saya," jelas Widyo saat ditemui Kompas.com, Rabu (22/2/2023).

Lebih jelas Widyo mengatakan, tidak sulit untuk membuat bolang-baling miliknya ini. Bahan-bahan yang perlu disiapkan yaitu tepung terigu, gula pasir, vanili, dan babon atau bibit.

Sedangkan cara membuatnya, bahan tersebut dicampur dan diaduk menjadi satu. Lebih lanjut, olahan didiamkan kemudian digoreng dengan minyak panas.

"Babon itu istilahnya bibit. Itu adalah sisa-sisa potongan, lalu didiamkan sampai besok harinya. Yang kalau saya campurkan ke bolang-baling itu jadi berkembang. Jadi tidak bisa beli di toko-toko," jelas dia.

Baca juga: Kisah Hamidah, Petani di IKN yang Kehilangan Kebun dan Rumah, Terpaksa Pindah Tinggal Kabupaten Lain

Dirinya menyebut, saat ini Bolang-Baling Peterongan memiliki beragam varian rasa. Selain original, ada rasa coklat, tiramisu, dan keju.

Bukan tanpa alasan, hal tersebut merupakan hasil usulan dari pelanggan dan inovasi dari dua cucunya yang nantinya akan meneruskan jejak Widyo.

"Varian rasa itu baru satu tahunan, itu atas usul cucu saya. Kalau saya aslinya ingin mempertahankan yang orisinil, yang apa adanya. Biar orang tahu rasa bolang-baling sesungguhnya. Misal ada wijen dan lain-lain itu tidak asli," tutur pria berusia 73 tahun ini.

Tidak perlu khawatir, satu bolang-baling milik Widyo itu dijual dengan harga terjangkau, yaitu Rp 3500.

Dalam satu hari, Widyo bisa mengolah 30 kilogram adonan bolang-baling, atau memproduksi sekitar 1500 buah bolang-baling.

"Setiap hari rata-rata pasti habis. Mulai jualan jam 14.00, tutupnya sehabisnya. Maksimal jam 23.00 WIB tutup," terang dia.

Selain bolang-baling, Widyo juga menjual dua jajanan legendaris lainnya, yaitu cakwe dan untir-untir.

Bahkan, pada tahun 2004 lalu, dirinya pernah menerima Piagam Penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasi pembuat cakwe terpanjang 10,10 meter.

"Dulu saya pernah buka 10 cabang di Semarang, tapi sekarang cuma ada satu, tidak buka cabang lagi," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mengenal NBDI, Madrasah Peradaban Perempuan Hebat Sasak

Mengenal NBDI, Madrasah Peradaban Perempuan Hebat Sasak

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Mobil Angkutan Terguling di Tanjakan Maluku Tengah, 1 Orang Tewas

Mobil Angkutan Terguling di Tanjakan Maluku Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Regional
Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Regional
Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Regional
Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Regional
4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

Regional
Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Regional
Aksi 'Koboi' Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Aksi "Koboi" Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Regional
Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com