Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Lahar Semeru, 18 Penebang Pohon Sengon di Lumajang Terjebak

Kompas.com - 16/01/2023, 21:40 WIB
Miftahul Huda,
Krisiandi

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Banjir lahar Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menerjang aliran sungai yang berhulu dari puncak, Senin (16/1/2023) sore.

Banjir pertama kali terdeteksi dengan amplitudo maksimal (amak) 10 milimeter sekitar pukul 14.30 WIB.

Namun, derasnya hujan yang mengguyur kawasan puncak membuat amak banjir terus meningkat hingga mencapai 37 milimeter pada pukul 14.48 WIB.

Banjir lahar hujan Senin sore tidak hanya membawa material pasir dan batu yang mengendap.

Namun, material panas akibat aktivitas vulkanik di puncak gunung juga turut terbawa derasnya aliran banjir yang membuat asap tebal membumbung di sepanjang aliran lahar.

Baca juga: Mengenal Pak Bredt, Pria Berpeci Merah yang Viral Saat Erupsi Semeru, Tertawa meski Wajah Tertutup Abu

Akibatnya, selain melumpuhkan jalur alternatif Lumajang-Malang via Curah Kobokan atau Tol Cikali, banjir juga membuat belasan pekerja penebang pohon sengon di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, terjebak banjir.

Para penebang yang sedang mengangkut kayu dari Dusun Sumberlangsep ke Dusun Sumberkajar itu harus tertahan saat banjir lahar sudah memenuhi badan Sungai Regoyo.

“Tadi ya cuaca cerah jadi kita beranikan tebang kayu di sana (Dusun Sumberlangsep) tapi tiba-tiba hujan dan 18 pekerja saya terjebak di sana” kata Muhammad Ma’ruf pemilik kayu sengon.

Kondisi ini membuatnya harus menunggu lebih lama sampai banjir lahar surut. Sebab, besarnya debit air dengan suhu yang masih panas tidak memungkinkan para pekerja untuk menyeberang.

“Ya sementara nunggu banjirnya surut dulu, karena tidak memungkinkan kalau menerobos aliran lahar hujan yang masih panas” tambah Ma’ruf.

Selain belasan pekerja tebang pohon sengon, ratusan warga Dusun Sumberlangsep juga terisolasi.

Sebab, jembatan limpas yang menjadi akses satu-satunya bagi warga tertimbun material vulkanik Gunung Semeru.

Tidak hanya itu, puluhan warga yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai juga dihantui rasa takut setiap banjir lahar terjadi.

Apalagi, jika banjirnya datang saat malam hari. Biasanya mereka memilih mengungsi ke bukit lantaran khawatir jika banjir lahar meluap ke permukiman.

“Ya takut kalau banjirnya besar, biasanya kalau malam mengungsi ke gunung” kata Misnoto salah satu warga Sumberkajar.

Sementara, Kepala BPBD Kabupaten Lumajang, Patria Dwi Hastiadi mengimbau warga yang tinggal di sekitar sungai yang dialiri banjir lahar untuk meningkatkan kewaspadaannya.

Baca juga: Lava Pijar Gunung Semeru Mengalir Sejauh 1 Kilometer

Patria meminta warga untuk mematuhi arahan petugas untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kami imbau warga yang ada di sekitar sungai, khususnnya yang dari aliran utama lahar untuk tetap waspada dan patuhi arahan petugas," imbaunya.

Untuk diketahui, status Gunung Semeru masih bertahan di level III (Siaga). Dengan demikian, warga dilarang beraktivitas dalam radius 13 kilometer dari Puncak Kawah Jonggring Saloko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Instruktur Pilot Korban Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Besok di Semarang

Instruktur Pilot Korban Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Besok di Semarang

Regional
Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Regional
Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Regional
Peringati 'Mayday 2024', Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Peringati "Mayday 2024", Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Regional
Dinkes Periksa Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Brebes

Dinkes Periksa Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Brebes

Regional
Viral Pernikahan Sesama Jenis di Halmahera Selatan, Mempelai Perempuan Ternyata Laki-laki

Viral Pernikahan Sesama Jenis di Halmahera Selatan, Mempelai Perempuan Ternyata Laki-laki

Regional
Paman Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Entah Kenapa Hari Ini Ingin Kontak Pulu

Paman Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Entah Kenapa Hari Ini Ingin Kontak Pulu

Regional
Presiden Jokowi Undang Danny Pomanto untuk Jamu Tamu Peserta World Water Forum 2024 di Bali

Presiden Jokowi Undang Danny Pomanto untuk Jamu Tamu Peserta World Water Forum 2024 di Bali

Regional
Pesawat Latih Jatuh di BSD, Saksi: Saat 'Take Off' Cuacanya Normal

Pesawat Latih Jatuh di BSD, Saksi: Saat "Take Off" Cuacanya Normal

Regional
Mahasiswa Unika Santo Paulus NTT Pentas Teater Randang Mose demi Melestarikan Budaya Manggarai

Mahasiswa Unika Santo Paulus NTT Pentas Teater Randang Mose demi Melestarikan Budaya Manggarai

Regional
Bus Surya Kencana Terbalik di Lombok Timur, Sopir Diduga Mengantuk

Bus Surya Kencana Terbalik di Lombok Timur, Sopir Diduga Mengantuk

Regional
Cerita Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Cemas Ketika Turun Hujan

Cerita Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Cemas Ketika Turun Hujan

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Kapal Ikan Berbendera Rusia Ditangkap di Laut Arafura, 30 ABK Diamankan

Kapal Ikan Berbendera Rusia Ditangkap di Laut Arafura, 30 ABK Diamankan

Regional
Pria di Bandung Ditemukan Tewas Menggantung di Pohon Jambu, Warga Heboh

Pria di Bandung Ditemukan Tewas Menggantung di Pohon Jambu, Warga Heboh

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com