GORONTALO, KOMPAS.com - Pemberian bantuan pemerintah terhadap nelayan tradisional tidak selalu tepat sasaran. Ada nelayan yang menggunakan perahu kecil diberi bantuan mesin tempel, sehingga mesinnya tidak cocok dengan perahunya.
Kenyataan ini disampaikan oleh Suwardi Darise, Ketua Kelompok Nelayan Leato Selatan, Kota Gorontalo saat nonton bareng film Angin Timur karya Ekspedisi Indonesia Baru (EIB), Rabu malam (2/11/2022). “Uang negara jadi terbuang sia-sia,” kata Suwardi Darise.
Bantuan yang sering salah sasaran ini tidak memberi pengaruh ekonomi bagi nelayan setempat. Ia juga mengeluhkan di desanya tidak terdapat fasilitas dermaga yang bisa dijadikan tempat perahu nelayan, meskipun berulang kali keinginan ini disampaikan oleh para nelayan.
Baca juga: Peralihan Musim, BMKG Imbau Nelayan di Sumenep Waspadai Cuaca Ekstrem
Celakanya, saat musim angin timur para nelayan harus mengungsikan perahu-perahu tradisionalnya ke dalam sungai atau pelabuhan agar selamat dari terjangan gelombang laut yang ganas, lokasi ini letaknya berada di kelurahan lain.
Warga kelurahan Leato Selatan sebagian besar bekerja sebagai nelayan tradisional, mereka sepenuhnya menggantungkan pada laut Teluk Tomini.
Wilayah daratan kelurahan ini tidak bisa digunakan untuk berladang karena beruypa perbukitan kapur, sebagian besar ditumbuhi akasia berduri.
“Menonton film Angin Timur ini, saya merasa ada beberapa kesamaan dengan yang kami alami di sini misalnya masalah mahalnya BBM serta berkurangnya hasil tangkapan ikan. Tapi beruntung tidak ada tambang di perbukitan sekitar sini,” ujar Suwardi Darise yang menjadi salah seorang narasumber dalam diskusi usai pemutaran film.
Menurut Suwardi, bantuan yang dibutuhkan nelayan Leato Selatan atau dari daerah sekitarnya adalah tambatan perahu dan rakit untuk rumpon ikan.
Pembicara lain pada diskusi ini adalah Azis Salam, akademisi Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Ia mengatakan, film Angin Timur menggambarkan dengan jelas masalah kepentingan ekonomi yang berhadapan dengan kepentingan pelestarian ekosistem.
Baca juga: Nelayan Tambak Lorok Sulit dapat Solar, Erick Thohir Minta Pertamina Bangun Pertashop
“Manusia dan alam saling membutuhkan, sehingga manusia seharusnya tidak berbuat kerusakan di bumi ini. Ada masalah kerusakan terumbu karang karena tongkang, alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan, semua karena manusia tidak terampil mengatur,” kata Azis Salam.
Koordinator SIEJ Simpul Gorontalo Debby Mano, mengungkapkan perlu ada penelitian lebih banyak dan mendalam terkait persoalan lingkungan di Leato Selatan yang merupakan area muara dari dua sungai besar dan media massa dapat berperan membantu mengangkat isu-isu tersebut.
“Dari sejumlah hasil penelitian akademisi dan catatan kami selama ini, ada beberapa masalah seperti sampah dan longsor yang mengancam di wilayah pesisir ini,” kata jurnalis LKBN Antara ini.
Menurutnya persoalan lingkungan yang terjadi di darat, erat kaitannya dengan kehidupan di pesisir hingga perairan.
“Sudah jelas di film Angin Timur bahwa tambang di bukit mencemari kehidupan di laut. Sama dengan kondisi kita di Gorontalo, tambang di bagian hulu dalam skala besar akan memiliki dampak langsung pada masyarakat di hilir seperti Leato Selatan,” katanya,
Baca juga: Mensos Risma Janji Fasilitasi BBM Bersubsidi untuk Nelayan
Angin Timur adalah film kedua Ekspedisi Indonesia Baru setelah Silat Tani, karya empat jurnalis yakni Dandhy Dwi Laksono, Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Ryamizard Harobu.
Nonton bareng dan diskusi ini digagas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo dan SIEJ Simpul Gorontalo, bekerjasama dengan Forum Kajian Deheto Hulonthalo (FKDH) sebagai komunitas mahasiswa pegiat isu pesisir.
Meski durasi film Angin Timur hampir 2 jam, nelayan dan warga lainnya antusias menyaksikan. Mereka bersorak saat menyaksikan aktivitas nelayan yang ditampilkan dalam film, lalu seketika terdiam saat sutradara film yang juga jurnalis senior Dandhy Dwi Laksono mulai menarasikan kisah pilu tentang nelayan.
Kegiatan ini diselenggarakan sebanyak dua kali di wilayah pesisir yaitu di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango pada 19 Oktober dan di Leato Selatan pada 2 November 2022.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.