BIMA, KOMPAS.com - Masyarakat di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengeluh elpiji subsidi ukuran 3 kilogram langka. Tidak hanya itu, harga penjualan pada tingkat pengecer jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET), yakni kisaran Rp 23.000 hingga Rp 25.000 per tabung.
Kurniati, warga di Kecamatan Soromandi, mengatakan, elpiji ukuran 3 kilogram saat ini sangat sulit diperoleh.
"Kalaupun ada harganya sampai Rp 25.000 per tabung. Itu kita belinya di pengecer. Sedangkan pangkalan jualnya Rp 18.000," ungkap Kurniati, Selasa (26/7/2022).
Baca juga: 11 Tersangka Sindikat Penggelapan Elpiji, dari Pemodal hingga Oknum Pegawai SPBE
Kurniati menilai, kelangkaan dan naiknya harga elpiji subsidi ini bukan tanpa alasan. Dia menduga, ada praktik penyaluran yang tidak sesuai aturan. Seperti, mengizinkan penjualan dilakukan oleh pengecer dan warga ekonomi menengah ke atas dibiarkan bebas membelinya.
Kurniati berharap, pemerintah daerah mengawasi serius persoalan ini agar tidak ada permainan harga oleh pengusaha nakal.
Baca juga: Dari Sampah Jadi Energi, Ratusan Warga di Balikpapan Kini Puas Memasak Tanpa Elpiji
"Setahu saya pengecer tidak boleh menjual elpiji, kecuali pangkalan yang sudah mendapat izin resmi dari agen. Aturannya begitu, tapi kok masih ada yang jual eceran," keluhnya.
Dibeli kalangan menengah ke atas
Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Kabupaten Bima, Juraidin mengakui ada kelangkaan dan kenaikan harga elpiji ukuran 3 kilogram.
Menurutnya, hal ini terjadi akibat beberapa persoalan, salah satunya harga penjualan tabung gas ukuran 5,5 kilogram naik sehingga masyarakat ekonomi menengah ke atas beralih membeli gas subsidi tersebut.
"Kami harap semoga mereka yang mampu tidak lagi beli elpiji 3 kilogram. Karena itu hanya bisa dibeli oleh masyarakat miskin," jelasnya.