PURWOREJO, KOMPAS.com - Lakon teater berjudul “Bangjo” karya Harjito sukses dipentaskan Komunitas Teater Purworejo (KTP), di Auditorium Kasman Singodimedjo Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), Minggu (3/7/2022) malam.
Mengangkat potret kehidupan wong cilik, pagelaran yang disutradarai oleh Agus Pramono itu tampil menggelitik ratusan penonton lewat kritik sosial yang dikemas dengan humor-humor segar.
Sutradara, Agus Pramono menyebut Naskah Bangjo adalah karya Harjito dan pernah meraih Juara 1 Lomba Penulisan Naskah Drama Kemendikbud Tahun 2013.
Baca juga: Ayahku Pulang, Ajang Buka Puasanya Pertunjukan Teater di Karawang
Kendati masih banyak keterbatasan, ia merasa bangga dan lega karena dapat mengangkat karya asli penulis Purworejo di hadapan ratusan penonton.
“Penggarapan naskah realis seperti ini harusnya memang membutuhkan waktu yang cukup. Namun, berkat totalitas teman-teman, termasuk tim produksi, artistik dan lainnya, akhirnya kita mampu menyuguhkan pentas secara utuh,” sebutnya.
Kisah bernuansa komedi satir dalam naskah Bangjo diusung secara total oleh para pemeran yang merupakan koloborasi antara KTP dan Teater Surya UMP.
Selama lebih kurang 1 jam pertunjukan, penonton seolah dipaksa betah menguras tawa menyaksikan dialog-dialog dan akting pemain.
Pada beberapa adegan, penonton juga diajak berpikir serius tentang kehidupan. Pertunjukan makin hidup dengan penempatan tim musik yang menyatu dalam satu panggung permainan.
Pentas produksi 15 tahun KTP malam itu mengambarkan betapa beratnya kaum marginal alias wong cilik dalam melakoni kehidupan. Sulitnya ekonomi membuat mereka harus berjibaku memungut rupiah dan menggantungkan hidup di sekitar lampu merah.
Baca juga: Dalang Jemblung, Seni Teater Asal Banyumas: Asal-usul, Waktu Pementasan, dan Jumlah Pemain
Demi sesuap nasi dan impian mengubah nasib, mereka nekat menjadi pedagang angkringan, tukang becak, loper koran, tukang sol sepatu, badut, penjual balon, hingga WTS.
Papan bertuliskan zona larangan tak dihiraukan, tetapi kejaran petugas selalu menjadi bayang-bayang ketakutan.
Kadang mereka iri dengan kehidupan ala orang kaya. Bahkan, tak jarang terbawa fantasi. Kondisi sosial dan ketidakadilan yang kerap tidak berpihak pun membuat mereka memberontak atas nasib buruknya masing-masing.
"Akhirnya mereka tersadar bahwa menyalahkan keadaan hanyalah sia-sia. Bagai terbangun dari mimpi, mereka pun menerima keyakinan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya," kata Agus menjelaskan alur cerita.
Pentas teater kali ini diperankan oleh beberapa aktor yang sudah lama berkecimpung dalam dunia seni, yakni Reni Puspita sebagai Yu Manis (pedagang angkringan), Melania Sinaring Putri sebagai Mbak Tari (WTS).
Kemudian Ananda Bagas Kusuma sebagai Kurniawan (pengamen bencong), Mahestya Andi Sanjaya sebagai Mas Darmo (tukang becak), Imam Ibnu Latif sebagai Prayitno (tukang sol sepatu), Raihan Farras sebagai Teguh (loper koran), Achmad Fajar Chalik (badut), dan Maryanto (penjual balon).
Baca juga: Kesenian Ubrug, Teater Asal Banten