KOMPAS.com - Dalang Jemblung merupakan salah satu bentuk kesenian khas dari daerah Banyumas, Jawa Tengah.
Sebagai sebuah seni teatrikal, Dalang Jemblung adalah seni peran yang membacakan sastra lisan yang berbentuk prosa atau cerita.
Baca juga: Begalan dalam Tradisi Pernikahan Banyumasan: Asal-usul, Properti, Pelaksanaan dan Makna
Karena dalam pertunjukkan sang dalang seperti berbicara seorang diri sehingga kerap disebut Jemblung yang berasal dari kata “gemblung” yang berarti gila.
Baca juga: Warga di Banyumas Rayakan Lebaran Ketupat, Ini Maknanya
Kesenian Dalang Jemblung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, namun juga sarana untuk menyampaikan pesan moral lewat sindiran dan candaan.
Baca juga: 4 Tempat Wisata Baru di Banyumas Akan Dibuka Saat Libur Lebaran 2022
Dilansir dari laman Rumah Belajar Kemendikbud, Dalang Jemblung menurut cerita sejarah berasal dari riwayat cerita babad Kerajaan Majapahit dan kerajaan di Pulau Jawa.
Asal usul kesenian ini berasal dari Dalang Mocokondo yang berasal dari daerah Sukaraja, Desa Jumpoh, Purbalingga.
Sementara sebutan Jemblung konon digunakan pertama kali pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat Arum dari Kerajaan Plered.
Saat itu, seorang dalang aristokrat bernama Ki Lebdojiwo mulai memperkenalkan bentuk kesenian ini.
Pertunjukan Dalang Jemblung umumnya dilaksanakan berdasarkan pesanan, atau dalam bahasa setempat disebut “ditanggap“.
Biasanya seseorang akan memesan Dalang Jemblung ketika tengah mengadakan acara yang memerlukan hiburan atau menyelenggarakan.
Pementasan Dalang Jemblung juga biasanya dipilih karena pertunjukannya lebih sederhana daripada wayang.
Pementasan Dalang Jemblung bisa dilakukan mulai dari dua orang hingga empat orang pemain.
Seorang dalang bertugas membawakan cerita, sementara yang lain akan memerankan cerita dan dialognya.
Pertunjukan Dalang Jemblung juga menggunakan properti sebuah meja kecil pendek.
Selain itu ada juga “kudhi” yaitu pisau khas Banyumas yang digunakan sebagai properti ketika adegan perang, sebagai “cempala” pada pementasan wayang kulit, serta sebagai “keprak”.
Sementara pakaian yang digunakan adalah busana khas banyumas seperti blangkon atau iket, jas atau surjan, kain batik, dan selop.
Sumber: petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.