Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Pesisir Pantai Minahasa Selatan, Ini Daftar Wilayah di Sulawesi Utara Masuk Zona Rentan Likuefaksi

Kompas.com - 17/06/2022, 09:25 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Selain daerah pesisir pantai Amurang, Minahasa Selatan, ternyata ada banyak daerah di Sulawesi Utara masuk zona rentan likuefaksi. Kerentanannya mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi.

Koordinator Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Wilayah Sulawesi Utara, Agus Santoso Bidiharso menilai wilayah Sulawesi Utara rawan likuefaksi dan sebaran batuan alluvium itu banyak.

"Alluvium ada di darat dan pesisir pantai biasanya dan dekat sungai. Ada jenis bebatuan seperti itu. Juga di danau, endapan itu juga sifatnya jenis batuan alluvium," kata Agus saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (16/6/2022).

Baca juga: Soal Puluhan Rumah Amblas di Pantai Minahasa, Koordinator IGI Sulut: Kalau Abrasi Tidak Secepat Itu

Dia menjelaskan, ada beberapa titik wilayah di Sulawesi Utara yang rawan atau rentan likuefaksi.

"Pertama di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, seperti Bintauna, itu rawan terjadi likuefaksi. Kemudian juga Boroko," ujarnya.

Kemudian di Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow. Sepanjang pesisir pantai Lolak hingga Inobonto punya kerentanan tinggi.

Lalu, Kabupaten Minahasa Selatan. Di daerah ini yang rawan dari Kapitu hingga Tumpaan. Setelah itu di pesisir pantai Tanawangko, Minahasa.

"Kondisinya sama karakteristiknya dengan di Amurang, Minahasa Selatan," sebut Agus.

Lanjut ke Manado, mulai dari pesisir pantai Malalayang sampai Bailang. Termasuk juga pesisir timur Pulau Bunaken.

Baca juga: Abrasi Pantai Minahasa Selatan, Rumah yang Amblas ke Laut Jadi 33 Unit

Kota Bitung juga ada wilayah yang rentan yakni Aertembaga. Kemudian pesisir Kema, Minahasa Utara.

Sedangkan di Minahasa Tenggara yakni di Pantai Lakban, Ratatotok juga masuk peta rentan likuefaksi.

"Sampai ke Tutuyan, Bolaang Mongondow Timur, dan berlanjut ke Bolaang Mongondow Selatan. Daerah ini hampir semua yang banyak permukiman rawan dan kecenderungan tinggi yang ada pantai," ungkap alumni Spesialisasi Perencanaan dan Pengelolaan Pantai dan Daerah Aliran Sungai Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) ini.

Menurut Agus, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar meminimalisasi terjadi kerugian materiil maupun korban jiwa.

Baca juga: Apa Itu Abrasi, yang Sebabkan Puluhan Rumah di Minahasa Selatan Tenggelam?

"Biasanya endapan aluvial dalam, jadi kalau mau membangun di pesisir pantai tiang panjang jangan hanya sampai kedalaman tertentu saja, tapi sampai batu dasar," sarannya.

Ahli Madya Sistem Informasi Geografi ini menjelaskan, itu harus dilakukan agar bagunan tidak ambruk.

"Makanya tidak bole asal-asalan bangun. Kalau konstruksi bangunan tinggi, ya tiang panjang sampai batu dasar," sebut Agus.

"Itu akan aman, tapi kalu hanya dua hingga tiga meter bisa bahaya. Begitu juga pembangunan jembatan di sekitar itu (pesisir pantai) dibutuhkan penelitian tanah juga," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggaran Inpres Jalan Daerah Kalbar Belum Cair, Komisi V DPR Undang Kementerian PUPR Rapat

Anggaran Inpres Jalan Daerah Kalbar Belum Cair, Komisi V DPR Undang Kementerian PUPR Rapat

Regional
Kasus Dugaan Korupsi RSUD Sumbawa Jilid II Naik Penyidikan, Ada Potensi Tersangka Lebih dari Satu

Kasus Dugaan Korupsi RSUD Sumbawa Jilid II Naik Penyidikan, Ada Potensi Tersangka Lebih dari Satu

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Regional
'Justice For Afif...'

"Justice For Afif..."

Regional
Industri Tekstil Jateng Terpuruk, Dipicu Bahan Baku Sulit dan Permintaan Loyo

Industri Tekstil Jateng Terpuruk, Dipicu Bahan Baku Sulit dan Permintaan Loyo

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 26 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Regional
[POPULER REGIONAL] Sosok Bupati Belu Perjuangkan Pengobatan Gratis | Soal Pejabat di Semarang Titip Anak di PPDB

[POPULER REGIONAL] Sosok Bupati Belu Perjuangkan Pengobatan Gratis | Soal Pejabat di Semarang Titip Anak di PPDB

Regional
Soal Pilkada Solo, Muhammadiyah Netral tapi Punya Kriteria Pemimpin

Soal Pilkada Solo, Muhammadiyah Netral tapi Punya Kriteria Pemimpin

Regional
Gunung Gandang Dewata, Puncak Tertinggi di Sulawesi Barat

Gunung Gandang Dewata, Puncak Tertinggi di Sulawesi Barat

Regional
Dampak Cuaca Buruk, Petambak Udang di Kebumen Panen Lebih Awal

Dampak Cuaca Buruk, Petambak Udang di Kebumen Panen Lebih Awal

Regional
Terungkap Motif Pria Bacok Pacar Anaknya hingga Tewas, Sakit Hati Putrinya Dilecehkan

Terungkap Motif Pria Bacok Pacar Anaknya hingga Tewas, Sakit Hati Putrinya Dilecehkan

Regional
Malam Ini Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Lagi, Semburkan Abu Tebal 900 Meter

Malam Ini Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Lagi, Semburkan Abu Tebal 900 Meter

Regional
Sejarah Kabupaten Semarang

Sejarah Kabupaten Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com