Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut Penyetopan Hewan Ternak karena PMK, Belum Ada Distribusi Sapi ke Balikpapan

Kompas.com - 15/05/2022, 15:44 WIB
Ahmad Riyadi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Kebijakan penyetopan distribusi hewan ternak khususnya sapi dan kambing ke Balikpapan karena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) berdampak besar.

Hingga Minggu (15/5/2022), sebagian operator kapal feri mengaku tidak menerima permintaan pengiriman sapi ke daerah Kalimantan, khususnya Balikpapan.

Padahal, menjelang Idul Adha biasanya pengiriman sapi dari luar daerah ke Balikpapan cukup tinggi.

Namun tahun ini justru sebaliknya karena kebijakan penyetopan distribusi hewan ternak sejak Senin (9/5/2022).

Baca juga: Peternak Kalang Kabut akibat PMK, Sapi bahkan Dijual Murah daripada Rugi Tiba-tiba Mati

Salah satu operator kapal feri, Dharma Lautan Utama (DLU) Balikpapan mengatakan bahwa peningkatan permintaan sapi umumnya terjadi sebulan menjelang Hari Raya Idul Adha.

Namun hingga saat ini, belum ada pengiriman sapi.

"Memang belum ada (pengiriman). Biasanya itu, sebulan sebelum Idul Adha sudah mulai terlihat peningkatannya. Nah, bulan ini memang tidak ada permintaan baik dari konsumen yang di Balikpapan maupun peternak di Pare-pare, itu belum ada," kata Saleh, Kepala Pimpinan Cabang DLU Balikpapan kepada Kompas.com pada Minggu (15/5/2022).

"Jadi bukan karena regulasi kalau saya lihat," sambungnya.

Saleh mengatakan, biasanya saat menjelang Idul Adha pengiriman sapi dari Sulawesi menuju Balikpapan rata-rata mencapai 200 ekor per keberangkatan.

Pada rute tersebut, keberangkatan armada feri DLU berlaku dua hari sekali dalam seminggu. Di luar itu, volume pengiriman sapi berkisar antara 20-25 ekor per keberangkatan.

"Sekali keberangkatan itu ada 200 ekor, kalau hari biasa itu 20 ekor. Paling banyak sapi dari Sulawesi," tuturnya.

Untuk diketahui, ada dua pintu masuk distribusi sapi melalui jalur laut ke Kota Balikpapan. Pertama, pengiriman dari Pare-pare, Sulawesi. Kedua, dari wilayah Jawa yang dikirimkan melalui rute Nusa Tenggara Timur (NTT).

Terkait prosedur pengiriman sapi melalui jalur laut, Saleh menerangkan, pemasok atau peternak harus terlebih dahulu mengantongi surat kesehatan dari pihak karantina setempat.

Baca juga: Sapi Terjangkit PMK di Lombok Tengah Bertambah Jadi 270 Ekor

Biasanya, sapi yang akan didistribusikan terlebih dahulu melalui proses pemeriksaan kesehatan oleh karantina.

“Jadi kalau tidak ada dokumen-dokumen itu kami tidak bisa membawanya ke pelabuhan tujuan. Di Pelabuhan tujuan ada pemeriksaan. Teman-teman karantina juga kan standby di pelabuhan. Paling tidak memeriksa keabsahaan dokumennya,” jelasnya.

Lebih lanjut Saleh mengatakan, pihaknya belum menentukan langkah-langkah menyikapi kebijakan penutupan jalur distribusi sapi.

“Kalau kami berharap ada sosialisasi dari pemerintah supaya kami bisa berkoordinasi dengan peternak di daerah asal. Khawatirnya, kalau sudah terlanjur sampai di sini kan repot nanti,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD di Lampung Melonjak, Brimob 'Gempur' Permukiman Pakai Alat 'Fogging'

DBD di Lampung Melonjak, Brimob "Gempur" Permukiman Pakai Alat "Fogging"

Regional
Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Regional
Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Regional
Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan 'Dijual' Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan "Dijual" Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Regional
Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Regional
Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Regional
Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Regional
Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Regional
Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Regional
Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com