LEBAK, KOMPAS.com - Masyarakat Suku Baduy mendiami satu wilayah di kawasan Pegunungan Kendeng, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Seluruh wilayahnya masuk ke dalam administratif Desa Kanekes.
Karena hal tersebut, orang Baduy juga disebut orang Kanekes.
Banyak versi asal-usul yang menyebut dari mana warga Baduy berasal.
Namun, paling terkenal adalah kisah warga Baduy merupakan keturunan Kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri ke wilayah Pegunungan Kendeng di Banten Tengah pada abad ke-12.
Bagaimana orang-orang dari Kerajaan Pajajaran mengasingkan diri ke wilayah yang kini dihuni warga Baduy sekarang, ditulis oleh Djoewisno dalam bukunya berjudul Potret Kehidupan Masyarakat Baduy terbitan tahun 1987.
Baca juga: Mengenal Selam Sunda Wiwitan, Kepercayaan dan Tradisi Leluhur Suku Baduy
Dalam bukunya itu, Djoewisno menyebut awal mula pengasingan terjadi saat wilayah Banten dikuasai oleh Sunan Gunung Jati yang membawa misi menyebarkan agama Islam.
Sejumlah orang yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun memilih melarikan diri ke arah selatan Pulau Jawa (Banten), meninggalkan istana kerajaan mereka yang disebut Megah.
Dalam pelariannya selama berhari-hari, rombongan itu kemudian tiba di hulu Sungai Ciujung di jantung Pegunungan Kendeng.
Tempat itu kini disebut sebagai Panembahan Arca Domas atau Petak 13.
"Lokasi ini merupakan daerah terlarang di samping merupakan kawasan tertutup yang sangat rahasia bagi siapa saja," tulis Djoewisno dalam bukunya.
Sementara pengamat budaya Baduy, Uday Suhada mengatakan, ada versi lain yang juga diyakini oleh masyarakat Baduy terkait asal-usulnya.
Dalam kepercayaan Suku Baduy, mereka meyakini nenek moyang warga Baduy sudah ribuan tahun tinggal di wilayah Kaolotan secara turun-temurun.
Adapun mereka meyakini keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi.
Asal-usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama.
"Mereka percaya jika Nabi Adam turun di wilayahnya," kata Uday.