MALANG, KOMPAS.com - Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan sistem pertanian berbasis internet of things (IoT) untuk budidaya tanaman melon.
Teknologi ini dinilai dapat menghasilkan buah yang lebih bagus karena proses budidaya disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi tanaman.
Saat ini, teknologi yang diberi nama drip irrigation system atau sistem pengairan tetes ini sedang diterapkan di kebun melon di Agro Techno Park UB di Jatikerto, Kabupaten Malang.
Baca juga: Anak Usia di Bawah 12 Tahun Boleh Wisata, Kunjungan ke Kota Batu dan Malang Naik
Eka Maulana, dosen di Universitas Brawijaya yang menjadi inovator teknologi pertanian itu mengatakan, drip irrigation system atau sistem pengairan tetes memanfaatkan dua sensor, yakni sensor digital dan sensor analog.
Sensor itu ditempatkan pada media tanam untuk mengukur kelembaban di dalam media tanam tersebut.
"Ada dua sensor yang kita pakai untuk mengukur kadar air di dalam media tanam," kata Eka di Agro Techno Park Jatikerto, Kabupaten Malang, Kamis (21/10/2021).
Baca juga: Kota Malang Masuk PPKM Level 2, Anak di Bawah 12 Tahun Boleh Masuk Mal dan Bioskop
Melalui sepasang sensor tersebut, sistem dirancang mendeteksi kadar air dan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, sehingga dengan sendirinya mengalirkan air ke setiap media tanam.
Air serta nutrisi yang dialirkan dengan skema tetes itu menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Sebab, kebutuhan nutrisi tanaman akan berbeda sesuai dengan usia dan suhu yang melingkupinya.
"Dalam prosesnya, drip irrigation system ini bekerja sesuai dengan kebutuhan nutrisi masing-masing tanaman yang akan diairi. Jadi bukan sekadar seberapa banyak mengairi tanaman tapi disesuaikan dengan usia tanaman. Pengendalian sistem ini termonitor dari segi waktu dan variabel data yang sudah terekam dengan baik," jelasnya.
Baca juga: Duduk Perkara Wali Kota Malang Gowes Langgar Prokes Berujung Vonis Denda Rp 25 Juta