Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaduh soal Kader "Celeng dan Bebek" di PDI-P, Pengamat: Harus Saling Tahan Diri

Kompas.com - 13/10/2021, 06:00 WIB
Riska Farasonalia,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat politik Undip Semarang, Teguh Yuwono berpendapat, munculnya istilah kader 'celeng' dan 'bebek' di konflik internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Jateng harus dimaknai sebagai proses dinamika pembelajaran politik.

"Jangan sampai PDI-P yang sudah besar punya calon yang sudah bagus, karena konflik internal kemudian menjadikan partai ini jadi sorotan yang tidak baik. Karena dianggap ini emosional," kata Teguh kepada wartawan, Selasa (12/10/2021).

Baca juga: Kader PDI-P yang Disebut Celeng karena Dukung Ganjar Siap Diberi Sanksi dan Dipecat

Menurutnya, kedua belah pihak harus bisa menahan diri agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan.

Sebab, hal itu akan berpengaruh terhadap perkembangan politik dan demokrasi di internal partai.

"Saya kira PDI-P partai besar dan dewasa. Pengaruh positifnya memperkuat soliditas parpol. Memperkuat ikatan parpol. Bisa juga sisi negatifnya kontra produktif dengan PDI-P. Kalau begitu demokrasi dan kebebasan berpendapat di PDI-P belum dikembangkan," ucap Teguh.

Kendati demikian, Teguh mengatakan, PDI-P memiliki budaya politik sendiri, yakni seluruh proses yang berhubungan kepemimpinan nasional adalah hak prerogatif Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

"Kalau bagian dari partai ya harus loyal. Kalau menurut saya biar proses politik berlangsung. Tidak perlu lakukan penghakiman politik bahwa ini sesuatu yang salah atau benar. Kalau sudah di partai ya hormati AD/RT," tuturnya.

Baca juga: Muncul Istilah Celeng Bagi Kader PDIP Dukung Dirinya Jadi Capres, Ini Respons Ganjar

Terlebih, dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri juga sudah meminta agar kadernya tetap dalam satu barisan.

"Saya sudah baca statemen Bu Mega semua kader partai diminta berhenti bicara soal capres agar ditaati kader partai. Ini kan imbauan internal. Jadi harus saling tahan diri," ungkap Teguh.

Menurutnya, berbicara terkait capres menuju 2024 memang masih jauh.

Namun, jika melihat perkembangan politik Indonesia menuju 2024, sebetulnya berpikir dalam konteks pembangunan demokrasi.

"Ada proses aspirasi masyarakat, ada dinamika naik turun dari calon pemimpin nasional dari berbagai macam profesi," tuturnya.

Teguh juga berpandangan bahwa tidak semua memahami dalam konteks pembangunan politik.

"Masih ada yang berfikir ini masih jauh, masih lama dibicarakan, sehingga dalam politik Jawa jelas ya orang ketika presiden masih meger-meger (masih ada), bicara pengganti itu sesuatu yang saru, sesuatu yang tabu, pamali. Oleh karena itu, diperlukan proses politik yang intensif berkomunikasi," katanya.

Teguh berharap, konflik internal yang belum selesai tidak sampai keluar dari partai.

Halaman:


Terkini Lainnya

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Regional
Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Regional
Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan 'Dijual' Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan "Dijual" Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Regional
Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Regional
Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Regional
Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Regional
Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Regional
Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Regional
Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com