KEDIRI, KOMPAS.com - Situs Panji Gambyok merujuk pada sebuah peninggalan benda bersejarah yang ada di Desa Gambyok, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Pada lokasi yang berjarak sekitar 13 kilometer dari alun-alun Kota Kediri tersebut terdapat benda bersejarah berupa struktur batu bata kuno dan artefak lepas berupa panil relief.
Situs itu berada di lokasi yang sama dengan kompleks pemakaman sesepuh desa, sehingga kerap disebut punden dan dikeramatkan oleh warga.
Pemerintah Kabupaten Kediri telah menetapkannya sebagai situs cagar budaya. Sekaligus menempatkannya sebagai salah satu destinasi wisata dan edukasi.
Perlindungan fisik situs itu dilakukan dengan pembangunan pagar keliling area maupun pembangunan cungkup. Selain itu, juga mengangkat seorang petugas juru pelihara.
Hanya saja, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan dari bangunan situs yang sudah tidak utuh itu. Sebab, hingga saat ini belum ada penelitian lebih lanjut perihal bangunan situs itu.
Meski demikian ada hal yang cukup menarik sekaligus menjadi daya pikatnya, yaitu pada artefak lepas berupa panil relief berbentuk balok ukuran panjang satu meter dan lebar 30 sentimeter itu.
Baca juga: Mengintip Situs Sumberbeji, Petirtaan Megah Peninggalan Majapahit Abad ke-14
Pada relief berbahan batu andesit itu tergambar kuat dan jelas enam sosok dengan sebuah kereta roda dua.
Salah satu sosok itu bercirikan memakai tekes atau penutup kepala serupa blangkon sedang duduk dengan kaki dilipat di depan kereta.
Relief itu kemudian menjadi salah satu kunci mengungkap asal usul situs sekaligus penemuan benang merah sebuah warisan mahakarya sastra.
Kepala Seksi Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Kediri Eko Priatno mengatakan, relief tersebut merupakan penggambaran atau visualisasi salah satu babak dari cerita bergenre Panji, yakni Panji Semirang.
"Panji Semirang sendiri adalah penyamaran Dewi Sekartaji usai diusir dari kerajaan," ujarnya dalam suatu percakapan telepon pada pertengahan Agustus 2021.
Berdasarkan hal itu, keberadaan situs itu diperkirakan berasal dari abad ke 13-14 masehi, sebagaimana masa keemasan cerita Panji di era Kerajaan Majapahit.
Cerita Panji dalam konteks sederhana, merujuk pada kisah kasih dua tokoh yaitu Panji Inu Kertapati atau Asmarabangun seorang pangeran dari Kerajaan Jenggala dan Dewi Sekartaji atau Dewi Candrakirana seorang putri dari Kerajaan Kediri.