Eko menambahkan, relief pada artefak lepas tersebut merupakan satu babak setelah babak kisah Panji Golek Kencana.
Golek Kencana berkisah tentang Dewi Sekartaji diusir Paduka Liku, ibu tirinya, keluar kerajaan setelah menolak memberikan hadiah yang diterimanya dari Panji kepada Galuh Ajeng, adiknya.
Dalam pengusiran itu, Dewi Sekartaji pergi ke hutan dan berdomisili di wilayah Asmarantaka. Ia menyamar sebagai Panji Semirang yang tenar sebagai perampok.
Suatu saat Panji Asmarabangun bersama lima pengawalnya yakni Punta, Kertala, Brajanata, Pangeran Anom, serta Semar menunggu di hutan itu, untuk menyanggong Panji Semirang.
"Babak saat menunggu di hutan itu lah yang digambarkan di Situs Gambyok. Ciri-cirinya Panji Asmarabangun sedang kedinginan," ujar Eko yang juga seorang arkeolog ini.
Baca juga: Ken Dedes: Wanita Terpelajar, Ibu Para Raja
Uniknya, kata Eko, di wilayah Jawa Timur yang merupakan asal mula kisah Panji maupun Jawa pada umumnya, tidak diketemukan cerita Panji Semirang.
Adanya cerita Panji Semirang menurutnya justru populer di luar Jawa, yakni Sumatera Barat. Di wilayah itu pula ditemukan literatur berupa naskah cerita Panji Semirang.
"Bukan tidak mungkin dulu cerita itu juga pernah hidup di sini tapi tergerus zaman. Sehingga yang tersisa hanya reliefnya satu babak ketika Panji Asmarabangun menunggu Panji Semirang itu," lanjutnya.
Keunikan itu, masih kata Eko, merupakan salah satu temuan yang diungkap oleh Frederick Willem Frederik Stutterheim, seorang arkeolog Belanda yang meneliti Panji, termasuk meneliti relief pada Situs Gambyok tersebut pada kisaran 1935.