SUMEDANG, KOMPAS.com - Sejak Covid-19 masuk ke wilayah Indonesia pada awal Maret 2020, perekonomian perajin seni ukir kayu yang ada di Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat lumpuh total.
Perajin seni ukir kayu aneka patung dan miniatur ini mengaku kehilangan omzet 100 persen sejak pandemi melanda.
Penyebabnya, sektor pemasaran antardaerah hingga pameran yang biasanya menjadi tumpuan harapan sudah tidak ada lagi.
Pemilik Sanggar Reret Art Shop Dayat Supriatna mengeluhkan kondisi perekonomian di tengah pandemi yang mengancam kelangsungan usahanya ini.
"Usaha saya ini sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Sanggar saya menghasilkan produk seni ukir kayu beraneka ragam. Pemasarannya ke Bali, Jakarta, Batam, sampai ke Singapura. Tapi sejak corona awal tahun 2020, pemasaran lumpuh sama sekali. Omzet hilang 100 persen," ujar Dayat kepada Kompas.com di Sanggar Reret Art Shop miliknya, Jumat (6/8/2021).
Baca juga: Kisah Jatuh Bangun Perajin Tahu Kuning Kediri Bertahan Saat Pandemi
Dayat menuturkan, karena pemasaran lumpuh total, ia terpaksa harus mengistirahatkan belasan karyawan dan pemuda di desanya, yang biasanya membantu produksi di sanggar miliknya.
"Pameran juga sekarang kan masih tidak diperbolehkan. Jangankan buat bayar karyawan. Buat mencukupi kehidupan sehari-hari saja sekarang susahnya minta ampun," kata dia.
Setelah menemui jalan buntu, Dayat pun berupaya menjual tanahnya.
"Untuk nutup kehidupan sehari-hari saya coba jual tanah, tapi juga susahnya minta ampun sekarang ini, karena mungkin orang lain juga sama pada susah. Tabungan habis untuk kebutuhan sehari-hari selama pandemi ini," tutur Dayat.
Bansos tak selesaikan masalah
Dayat menyebutkan, pernah mendapatkan bantuan sosial berupa sembako. Namun baginya, sembako bukanlah solusi.
"Pernah dapat bantuan sembako dari pak polisi sekali. Bukannya menolak rezeki. Tapi bantuan sosial seperti itu bukan solusi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Yang kami butuhkan juga bukan modal sekarang ini, tapi pemasaran. Kalau pemasarannya jalan, modal juga pasti ada," sebut Dayat.
Dayat dan para perajin seni ukir lainnya hanya berharap, pandemi ini dapat segera berakhir. Sehingga ia bisa kembali berusaha.
Baca juga: Kata Bupati Sumedang soal Sistem Ganjil Genap Saat PPKM: Lebih Humanis, PKL Masih Bisa Dagang