YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta kembali melaporkan adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi.
Sejak 23 Oktober 2020 hingga 29 Oktober 2020, dilaporkan terjadi 81 kali gempa vulkanik dangkal, 864 kali gempa fase banyak, 10 kali gempa frekuensi rendah, 367 kali gempa guguran, dan tujuh kali gempa tektonik.
Jumlah gempa dalam periode tersebut meningkat dari pekan sebelumnya.
Baca juga: Sering Masuk Zona Bahaya, Pencari Rumput di Lereng Merapi Akan Diedukasi
Dalam rentang 16 oktober 2020 hingga 22 Oktober 2020 tercatat ada 167 kali gempa embusan, 63 kali gempa vulkanik dangkal, 433 gempa fase banyak, 23 gempa frekuensi rendah, 170 kali gempa guguran, dan 16 gempa tektonik.
Laju pemendekan gunung dalam periode laporan terakhir pun ikut bertambah menjadi 4 sentimeter per hari dari sebelumnya 2 sentimeter per hari.
"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau penggunakan EDM (distance electronic measurement) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 4 sentimeter per hari," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, dalam laporan tertulisnya Jumat (30/10/2020).
Selain itu, tercatat munculnya asap dari kawah Merapi dengan ketinggian maksimum 500 meter dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada 28 Oktober 2020 sekitar 08.10 WIB.
"Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor Tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah. Perhitungan volume kubah lava berdasarkan pengukuran menggunakan drone pada 29 Oktober 2020 sebesar 200.000 meter kubik," jelas Hanik Humaida.
Baca juga: Hidup Berdampingan dengan Bencana di Lereng Gunung Merapi
Terjadinya aktivitas vulkanik menunjukkan proses pergerakan magma menuju permukaan.