BLORA, KOMPAS.com - Direktur PDAM Tirta Amerta Blora, Yan Riya Pramono mengatakan, tercemarnya Sungai Bengawan Solo diduga karena limbah industri dari hulu Bengawan Solo (Solo Raya).
Bengawan Solo menjadi salah satu pemasok air baku PDAM Tirta Amerta Blora.
"Iya diduga limbah industri dari hulu. Kami berharap segera ada penyelesaian," kata Yan, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/11/2019).
Baca juga: Viral Video Sungai Bengawan Solo Berwarna Hitam Pekat, Penyaluran Air ke 12.000 Rumah Dihentikan
Akibat pencemaran itu, PDAM Tirta Amerta Blora terpaksa menghentikan penyaluran air ke 12.000 rumah yang berada di lima kecamatan, yakni Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, dan Blora.
Sementara 7.000 sambungan rumah (SR) dari sejumlah kecamatan lain yang tidak terdampak masih tetap bisa diakses.
Di antaranya, Kecamatan Randublatung, Menden, Kedungtuban, Ngawen, dan Kunduran.
"Untuk yang masih beroperasi adalah yang tidak memanfaatkan air baku Bengawan Solo. Baik yang dari mata air dan sumber air lainnya. Total itu 19.000 sambungan rumah dan kami hentikan 12.000 sambungan rumah. Merugi sih iya, tapi kami tak menghitung," kata Yan.
Wakil Bupati Blora Arief Rochman juga menduga bahwa pencemaran Sungai Bengawan Solo karena limbah industri.
"Semoga bisa segera menanggulangi, dan pihak berwajib bisa segera memproses para pelaku pencemaran yang diduga kuat berasal dari wilayah hulu Bengawan Solo (Solo Raya)," ujar Arief, mengutip akun Twitter miliknya.
Sebelumnya diberitakan, PDAM Tirta Amerta Blora mengunggah video pencemaran sungai Bengawan Solo hingga viral di jagat maya.
Dalam video berdurasi pendek itu, mendokumentasikan air Sungai Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Cepu yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Tirta Amerta Blora, berwarna hitam pekat.