Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Pengungsi Gempa Maluku Dirawat di RS Darurat, 229 Masuk IGD

Kompas.com - 13/10/2019, 10:21 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Sejak rumah sakit darurat dr Ishak Umarela dibangun di lokasi pengungsian Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, ribuan pengungsi yang sakit dirawat di rumah sakit tersebut.

Kepala Bidang Pelayanan dan Perawatan di Rumah Sakit Darurat dr Ishak Umarela, Hasnawati Rasyid mengatakan, rumah sakit darurat itu telah didirikan di lokasi tersebut saat gempa menguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) pekan lalu.

“Untuk hari pertama saat 26 September itu, pengungsi yang kita tangani sebanyak 217 orang, itu untuk satu hari saja dari pagi sampai malam,” kata Hasnawati kepada wartawan di rumah sakit tersebut, Sabtu (12/10/2019).

Baca juga: Trauma Gempa Ambon, Warga Memilih Dirawat di Halaman Rumah Sakit

Sementara untuk jumlah pengungsi rawat jalan yang ditangani di rumah sakit tersebut sejak hari pertama rumah sakit tersebut didirikan hingga saat ini berjumlah 1.180 pasien.

“Itu untuk rawat jalan dari hari pertama sampai hari ini,” katanya.

Adapun untuk pasien yang menjalani perawatan secara intensif sebanyak 229 orang.

Ratusan pasien itu sebelumnya ikut dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tersebut.

Baca juga: Gempa Ambon, Sejumlah Kantor Pemerintahan dan Rumah Warga Hancur

Saat ini kata dia setelah rumah sakit memberlakukan penggunaan BPJS bagi para pasien, pengungsi yang dirawat di rumah sakit darurat tersebut pun mulai menurun drastis,

"Sampai hari ini hanya 7 yang rawat jalan, karena sudah diberlakukan BPJS,” ujarnya.

Dia menambahkan setelah BPJS diberlakukan pihaknya tidak lagi bisa melayani pengobatan gratis terhitung sejak masa tanggap darurat dicabut pada 9 september tiga hari lalu.

“Kami dituntut untuk bayar BPJS, katanya tanggap darurat sudah selesai sehingga kita juga kesulitan mau gratiskan untuk masyarakat juga salah,” katanya.

Kompas TV Sejumlah relawan mendatangi pengungsian untuk menyerahkan bantuan keperluan bayi berupa susu dan popok bayi. Meski terbatas upaya mereka ini cukup membantu lantaran bantuan-bantuan pemerintah yang diterima oleh para pengungsi korban gempa sebagian besar hanya sembako. Sehingga bantuan untuk keperluan bayi sangat minim diperoleh. Selain popok bayi dan susu yang juga masih dibutuhkan adalah popok untuk para lansia serta selimut dan obat-obatan. Hingga saat ini warga di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat masih tetap bertahan di pengungsian karena masih takut adanya gempa susulan. Sementara itu kondisi kesehatan para pengungsi di lokasi pengungsian Pulau Seram, Kecamatan Kairatu mulai banyak terserang penyakit. Sejumlah keluhan kesehatan mulai dirasakan seperti diare, ISPA dan batuk. Kebanyakan pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan merupakan para lansia dan anak-anak apalagi fasilitas kesehatan di lokasi pengungsian minim. Pemerintah Provinsi Maluku memperpanjang masa tanggap darurat pascagempa 26 September lalu selama 2 minggu yang direncanakan akan berakhir pada 9 Oktober 2019. #GempaAmbon #Pengungsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com