Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kura-Kura Leher Ular Punah di Habitat Aslinya di Pulau Rote, NTT

Kompas.com - 29/06/2019, 19:53 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina Mccordi) yang merupakan satwa endemik di Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini telah punah di habitat asalnya.

Hal itu disampaikan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Timbul Batubara, kepada Kompas.com, Sabtu (29/6/2019).

Menurut Batubara, satwa ini merupakan satu-satunya kura-kura leher ular genus Chelodina yang berada di luar dataran Papua-Australia dan masuk dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).

CITES merupakan konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam serta perjanjian internasional antarnegara yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota World Conservation Union (IUCN) tahun 1963.

Batubara mengatakan, satwa ini terdaftar dalam Apendiks II sejak 2005 dan penetapan perdagangan nol kuota untuk specimen dari alam sejak tahun 2013.

Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi) adalah satu dari 25 spesies kura-kura paling terancam punah di dunia (Turtle Coalition,2018).

Pada habitat alaminya di Danau Peto, tidak ditemukan lagi keberadaan satwa ini karena eksploitasi berlebihan dan adanya alih fungsi lahan menjadi kawasan pertanian.

“Kabupaten Rote Ndao memiliki jenis reptilia unik yang tidak terdapat di tempat lain di dunia. Reptilia ini adalah Kura-kura Leher Ular Rote atau Chelodina mccordi. Reptilia ini termasuk ordo testudines dari famili chelidae dan genus chelodina," kata Batubara.

Kura-kura Leher Ular ini dinyatakan sebagai spesies baru pada 1994 oleh peneliti kura-kura Andres Rhodin setelah sebelumnya dikategorikan sebagai kura-kura leher panjang papua C Novaeguineae.

Akan tetapi, akibat perdagangan yang masif, Kura-kura Leher Ular tidak ada lagi ada di wilayah Rote Ndao.

Menurut Batubara, masyarakat Rote Ndao bahkan telah lupa dengan keberadaan kura-kura ini. Reptil yang hidup endemik di danau-danau di Pulau Rote ini justru kini dikembangbiakkan di daerah lain.

"Sayangnya akibat perdagangan bebas satwa endemik pulau Rote ini kini tak bisa ditemukan lagi di habitatnya di Danua Enduy dan Danau Naluk Kab Rote Ndao," ujar Batubara.

Untuk memulihkan keberadaan Kura-kura Leher Ular Rote, saat ini Balai Besar KSDA NTT bekerja sama dgn WCS IP harus mendatangkan kembali (repatriasi) satwa khas Rote ini dari Kebun Binatang di Luar Negeri.

"Belajar dari kasus ini, BBKSDA NTT mengimbau dan mengajak seluruh lapisan masyarakat agar menjaga kelestarian kekayaan sumber daya alam yang ada di daerahnya dan mendukung langkah langkah Pemerintah dalam upaya upaya Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com