Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Pasca Coblosan di NTB, Petugas KPPS Meninggal Kelelahan hingga Keguguran

Kompas.com - 23/04/2019, 19:32 WIB
Fitri Rachmawati,
Rachmawati

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Pemilu 2019 adalah proses paling berat yang dirasakan oleh petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS). Di NTB, petugas KPPS meninggal dunia karena kelelahan, keguguran bahkan ada yang kehilangan bayinya yang berusia 5 bulan saat bertugas mengawal pemilihan umum.

Salah satu petugas yang meninggal adalah Sanapiah (49), Ketua KPPS 6 Desa Jotang, Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Ia dilaporkan meninggal dunia Senin (22/4/2019) sekitar pukul 18.30 Wita saat hendak berangkat ke kantor PPK.

"Sanapiah Ketua KPPS dilaporkan meninggal dunia setelah mengeluh rasa sakit di ulu hatinya. Ia sempat dibawa ke Puskesmas untuk mendapat perawatan medis dan diinfus. Namun tiba-tiba kondisinya kritis dan meninggal dunia," jelas Suhardi Soud, Ketua KPU NTB, saat dikonfirmasi Kompas.com di Kantor KPU, Selasa (23/4/2019).

Baca juga: Anggota KPPS Meninggal Dunia Bertambah Jadi 119

Suhardi mengatakan, awalnya laporan yang masuk ke KPU ada tiga petugas KPPS yang meninggal dunia, namun setelah dicek ulang hanya ada satu orang yang meninggal yaitu Sanapiah.

Selain itu, seorang petugas Sekertariat PPS asal Paok Motong, Lombok Timur yang bernama Andriana (22) dilaporkan keguguran karena kelelahan. Usia kandungan Andriana baru berusia 5 bulan.

"Karena kelelahan, Andriana keguguran dan sempat dirawat di puskesmas setempat. Saat ini masih dalam proses pemulihan. Tim medis sudah memberikan pengobatan terbaik untuknya," kata Suhardi.

Baca juga: Satu Petugas KPPS Bantul Gugur saat Bertugas

Sementara itu Zuriati, anggota KPU NTB yang ikut merekap nama-nama petugas PPS se-NTB yang sakit mengatakan ada ada kekeliruan data salah satunya adalah jumlah petugas KPPS yang meninggal. Data yang terkonfirmasi hanya satu orang yang dilaporkan meninggal.

Data yang meninggal atas nama Jupri adalah petugas KPPS TPS 4 Desa Melaka, Lombok Utara. Jupri telah diganti karena sakit sebelum proses pemilihan umum dilakukan, sehingga yang bersangkutan tidak menjadi petugas saat pencoblosan.

Sedangkan atas nama Sunarni (22) adalah petugas KPPS TPS 11 Desa Saneo, Kabupaten Dompu. Sumarni tidak meninggal, namun dia sakit pasca pencoblosan 17 April 2019 lalu. Sunarni dilaporkan juga kehilangan bayinya yang berusia 5 bulan.

"Dia sakit karena kelelahan, sehingga tak bisa menyusui bayinya yang masih berusia 5 bulan. Karena tak bisa menyusu itulah bayinya dilaporkan meninggal. Kasihan sekali. Sekarang Ibu Sumarni masih dirawat karena sakit, belum lagi dia harus menanggung sedih karena kehilangan bayinya," kata Zuriati.

Baca juga: Ridwan Kamil Menangis Berkumpul bersama Keluarga Petugas KPPS yang Wafat

Dia berharap tak ada lagi laporan adanya petugas KPPS yang harus meregang nyawa karena kelelahan dalam proses rekapitulasi.

Berdasarkan data KPU NTB, tercatat  113 orang petugas KPPS yang dilaporkan sakit.

KPU NTB telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk membantu menyiapkan petugas medis di setiap PPK yang tersebar di NTB.

"Petugas medis sangat dibutuhkan sebagai antisipasi jatuhnya korban lagi," kata Suhardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com