Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiap Tahun, BPBD Pangandaran Deg-degan Hadapi "LGBT" di Daerahnya

Kompas.com - 09/04/2019, 23:16 WIB
Candra Nugraha,
Candra Setia Budi

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Nana Ruhena, mengaku deg-degan setiap tahunnya saat menghadapi "LGBT" di daerahnya.

Namun, LGBT yang dimaksud Nana, bukan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender, melainkan musibah bencana yakni Longsor, Gempa bumi, Banjir dan Tsunami.

"Semua bencana ada di Pangandaran, kecuali gunung meletus," jelas Nana di sela uji coba radio komunikasi kebencanaan oleh Kementerian Kominfo di Plaza Telkom Pangandaran, Selasa (9/4/2019).

Baca juga: Kominfo Temukan 14 Hoaks Beredar pada 4 April 2019

Menurut dia, bencana "LGBT" masuk katagori berat di Pangandaran, longsor, gempa bumi dan banjir merupakan bencanan tahunan. "Yang membuat lebih deg-degan tsunami," katanya.

Dia mengaku, was-was dengan tsunami mengingat wilayah Pangandaran, minim alat deteksi dini tsunami. Saat ini, hanya 2 alat yang berfungsi, sedangkan sisanya sebanyak 12 alat mati total.

"Panjang pantai kita 91 kilometer. Sedangkan Early Warning System (EWS) tsunami hanya dua," katanya.

Baca juga: Gempa Bermagnitudo 5,1 Guncang Bolaang Mongondow Utara, Tak Berpotensi Tsunami

Adanya uji coba radio komunikasi kebencanaan, disambut gembira oleh Nana, pihaknya menjadi terbantu dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu terjadi.

"Kami harapkan tidak uji coba (tapi langsung pelaksanaan). Frekuensi ini kami harap tidak usah pakai izin. Izinnya diurus sama bapak (Menkominfo) saja," ujarnya disambut tawa tamu undangan uji coba radio komunikasi kebencanaan.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengujicoba radio komunikasi kebencanaan frekuensi 700 MHz di Plaza Telkom Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019).

Dipilihnya Pangandaran, sebagai tempat uji coba karena frekuensi 700 MHz di daerah ini tidak banyak digunakan oleh tv analog. Selain itu, karena indeks bencana di Pangandaran, cukup tinggi. "Karena dua hal itu," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com