Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengetahuan Rendah, Banyak Orangtua Berikan SKM sebagai Pengganti ASI

Kompas.com - 29/03/2019, 15:59 WIB
Reni Susanti,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com – Hingga kini, masih banyak orangtua di Kabupaten Bandung, Indramayu, dan beberapa daerah di Jawa Barat, yang memberikan susu kental manis (SKM) kepada bayinya sebagai pengganti air susu ibu (ASI).

Padahal, SKM tidak bisa menggantikan peran ASI. Bahkan, jika dilihat dari segi gizi, kandungan susu dari SKM sangat rendah.

“Lihat di labelnya, kandungan susunya paling 1 persen bahkan kurang,” ujar Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat, di Jalan Sancang, Bandung, Jumat (29/3/2019).

Kondisi ini, sambung Arif, terjadi karena beberapa hal. Pertama, iklan yang jor-joran selama berpuluh tahun tentang SKM masuk ke benak masyarakat.

Baca juga: Bayi Cika yang Ditinggal Ibu Saat Tahun Baru Akhirnya Dapat Donor ASI

Meski produsen produk sudah menggantinya dengan kata krim kental manis, masyarakat belum menganggapnya demikian. Karena sosialisasi membutuhkan waktu lama.

Kedua, pengetahuan masyarakat terhadap SKM rendah. Mereka tidak mengetahui, jika SKM didominasi oleh gula yang tidak cocok untuk bayi.

Apalagi, jika digunakan sebagai pengganti ASI, bayi bisa mengalami kekurangan gizi.

Ketiga, SKM dinilai murah. Warga yang tidak mampu membeli susu formula menggunakan SKM sebagai jalan keluar.

Selain itu, dari hasil kunjungan lapangan timnya ke daerah dengan angka stunting cukup tinggi seperti Indramayu dan Kabupaten Bandung, ditemukan sejumlah ibu yang tidak menyusui anaknya.

“Ada yang karena sibuk, tidak mau, menjadi TKI ke luar negeri, dan lainnya. Si anak akhirnya diberi SKM oleh keluarganya,” ungkap dia.

Jika dibiarkan, anak akan kekurangan gizi. Untuk itu, perlu sosialisasi lebih jauh agar memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan SKM sebagai pengganti ASI.

Salah satunya dengan menggaet berbagai organisasi seperti Muhammadiyah, NU, kader, bidan, dan lainnya. Dengan begitu, sosialisasi akan lebih massif dan efektif.

Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung, Rusiana mengatakan, kandungan gizi protein SKM dan susu bubuk berbeda jauh.

Baca juga: Derita Bayi Arini, Kesulitan Menerima ASI karena Alami Sumbing

“Perbedaannya 6 untuk SKM dan 24 untuk susu bubuk. Informasi itu sebenarnya ada di kemasan. Bahkan, ada peringatan tidak cocok untuk bayi,” tutur dia.

Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnisa mengatakan, masih banyak ibu yang belum memberikan ASI eksklusif. Padahal, itu penting untuk tumbuh kembang anak.

Untuk itu, pihaknya kerap menyosialisasikan pentingnya ASI eksklusif. Jika ada ibu yang ASI-nya sulit keluar, jangan menyerah, karena ada beberapa cara yang bisa dilakukan.

Misalnya, dengan mendatangi klinik laktasi. Karena, ada kalanya ASI tidak keluar karena psikologi si ibu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com