Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zulkifli Hasan: Jangan Gadaikan Suara dengan Harga Murah

Kompas.com - 13/03/2019, 17:04 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengajak masyarakat untuk menghindari politik transaksional ketika memilih calon Presiden dan calon wakil Presiden.

Zulkifli menolak anggapan jika pemilihan presiden adalah ajang peperangan total atau perang badar.

"Pemilu bukan perang total, bukan perang badar, tapi luber, langsung umum bebas dan rahasia," kata Zulkifli, di sela pidato kerakyatan di Semarang, Rabu (13/3/2019).

Baca juga: Zulkifli Hasan: Jangan Sampai Bangsa Ini Mundur karena Perbedaan Pilihan Politik

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini mengatakan, pemilu adalah ajang lima tahunan untuk memilih wakilnya.

Kebetulan, pada 17 April 2019, pilihan digelar secara serentak, baik pemilu legislatif dan pemilu presiden.

"Memilih wakil itu di pemilu bukan pesta satu hari. Tapi, wakil yang akan diwakili 5 tahun. Jangan sampai ada politik transaksi, politik uang, nasi kotak atau sebagainya, pilihlah yang memberi mandat yang dipercaya selama 5 tahun," tambahnya.

"Jangan ditukar (suara) dengan harga murah," tandasnya lagi.

Lebih lanjut, Zulkifli menambahkan, ajang pemilu adalah waktu dimana memperbaiki bangunan rakyat.

Bagi PAN, harapan rakyat akan berhasil diwujudkan berarti mampu mengemban amanah.

"Tanpa kedaulatan berlaku adil. Makan saja impor tidak mungkin adil," tambahnya lagi.

Kompas TV Bawaslu DKI Jakarta telah melayangkan panggilan kedua kepada Wakil Ketum Partai Gerindra, #FadliZon, aktivis #NenoWarisman, dan Ketua MUI DKI Jakarta, Munahar Muchtar, terkait dugaan pelanggaran pemilu pada acara malam #Munajat212 pada Februari lalu.<br /> Pada panggilan pertama dari 4 orang yang diundang, hanya Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan, yang hadir. Dalam panggilan kedua ini, Bawaslu DKI rencananya akan meminta klarifikasi dari Fadli Zon, Neno Warisman, dan Munahar Muchtar, atas dugaan pelanggaran pemilu yang terjadi pada malam Munajat 212, termasuk soal kapasitas mereka, saat hadir dalam acara itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com