KOMPAS.com — Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, mengusulkan warga non-Muslim tidak disebut kafir.
Selain itu, Munas NU menegaskan bahwa sistem bisnis Multi Level Marketing (MLM) adalah bisnis haram. Alasannya, di balik bisnis tersebut telah terjadi pelanggaran yang merugikan banyak orang.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo hadir membuka munas tersebut pada Rabu (27/2/2019) siang.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Jokowi berpesan agar warga terus menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca fakta lengkapnya:
"Saya titip hati-hati, jangan sampai ada konflik sekecil apa pun di negara ini, cepat selesaikan, rampungkan (jika ada konflik). Ukhuwah persaudaraan sangat penting, ukhuwah watoniah, insaniah," kata Jokowi saat membuka acara Munas NU tersebut.
Sebelumnya, Jokowi menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan ibu negara Afghanistan, Rula Ghani, istri Presiden Ashraf Ghani.
Menurut Rula, 40 tahun lalu Afghanistan aman dan tentram. Negara tersebut merupakan negara kaya raya, punya deposit emas terbesar, dan cadangan gasnya besar.
"40 tahun lalu saya bisa nyetir dari Kabul ke kota lain dengan aman, tidak masalah," katanya.
Jokowi melanjutkan, problem di negara tersebut dimulai saat dua suku terlibat konflik. Di sana ada tujuh suku.
Perang antarsuku mengubah semuanya. Pesan dari Ibu Negara Afganistan tersebut, kata Jokowi, jika sudah terjadi perang, sangat sulit dipersatukan kembali.
"Saat perang yang dirugikan ada dua, wanita dan anak-anak," katanya.
Baca Juga: Jokowi: NU Berkontribusi Besar dalam Perjuangan dan Menjaga NKRI
Jokowi menilai, NU sebagai jamiah diniyah (organisasi keagamaan) Islamiyah terbesar di Indonesia, bahkan dunia, sudah memberi kontribusi besar dalam perjuangan, menjaga, merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI).