Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeritan Warga Bulukumpa yang Tiap Hari Tempuh Bahaya Seberangi Sungai di Atas Batang Bambu

Kompas.com - 27/07/2018, 10:20 WIB
Hendra Cipto,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Warga di dua Desa, Bontominasa dan Desa Jojolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, setiap hari harus menyeberangi sungai dengan menggunakan batang bambu sebagai jembatan darurat, termasuk anak-anak sekolah.

Warga lalu melayangkan surat kepada Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Dalam surat terbuka warga dua desa itu, mereka meminta agar Bupati Bulukumba membuatkan jembatan permanen.

Selain digunakan masyarakat umum, para pelajar yang ingin pergi bersekolah ke desa sebelahnya. Perwakilan warga dan aparat TNI dari Koramil setempat melakukan pengawasan setiap harinya terhadap warga yang melakukan penyeberangan.

Dalam surat terbuka itu, salah seorang warga, Bakri yang menjadi perwakilan menyebutkan bahwa kondisi jembatan penyeberangan ini sudah berlangsung puluhan tahun. Jembatan yang terbuat dari batang bambu dan kayu sepanjang 25 meter ini sewaktu-waktu bisa ambruk dan membahayakan jiwa warga.

Ini salah satu akses utama dua desa, hanya bisa dilalui pejalan kaki. Dan kalau anak sekolah dekat sekali kalau lewat di sini. Makanya kalau pagi, warga dan dibantu TNI kami bantu menyeberangkan anak-anak. Pasti dihantui rasa cemaslah Pak, apalagi kalau musim hujan begini, kita harus ekstra hati-hati kalau menyeberang. Tolong pak Bupati dan Wakil Bupati, kami dibuatkan jembatan," ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Bulukumba, Tommy Satria Yulianto yang dikonfirmasi, Rabu (25/7/2018) mengaku telah menerima laporan terkait kondisi jembatan bambu yang menjadi sarana penyeberangan warga di Kecamatan Bulukumpa.

Dia pun telah meminta agar warga di dua desa tersebut segera dibuatkan jembatan permanen.

“Saya sudah terima laporan warga itu dan saya bersama Pak Bupati minta Dinas Bina Marga Seger meninjau lokasi untuk rencana pembuatan jembatan. Kalau pun jembatan penyeberangan dua desa itu belum masuk dalam Musrembang, agar dicarikan anggaran dari dana taktis seperti dana dari BPBD,” tuturnya.

Tommy menjelaskan, bahwa jembatan bambu dan kayu tersebut memang ramai dilalui oleh warga dua desa tersebut. Namun, jembatan tersebut bukan satu-satunya jembatan penyeberangan. Sebab, ada jembatan utama yang bagus yang menghubungkan dua desa tersebut dengan desa lainnya.

“Sebenarnya ada jembatan utama yang permanen dan bagus sebagai sarana penghubung. Cuma, jembatan bambu dan kayu itu dibuat oleh warga sebagai jembatan penyeberangan pintas. Memang jembatan itu ramai dilewati warga setiap beraktifitas, seperti anak-anak ke sekolah, warga membawa hasil kebunnya. Karena jembatan bambu itu adalah jalur pintas warga,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com