Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cermin Kerukunan Dalam Tradisi "Ujung" Lebaran di Magelang

Kompas.com - 15/06/2018, 12:40 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - "Ujung" menjadi tradisi yang selalu dilakukan sebagian masyarakat Muslim saat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tidak terkecuali di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Ujung dalam Bahasa Jawa memiliki arti mengunjungi orangtua, keluarga, kerabat, tetangga dan orang-orang yang dihormati lainnya.

Mereka saling bersalaman, meminta maaf dan memohon doa kebaikan. Tidak jarang air mata keharuan tumpah selama kegiatan ini.

Di Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, tradisi ini dilaksanakan seusai shalat Id di lapangan atau di masjid, Jumat (15/6/2018).

Setelah sebelumnya mereka melakukan genduren atau kenduri di halaman masjid setempat.

Baca juga: Para Pemuda Gereja Berkaus Aku Kancamu di Antara Jamaah Shalat Id di Alun-alun Kulon Progo...

Dalam genduren itu, seluruh warga berkumpul untuk makan ketupat bersama yang dibawa dari rumah masing-masing. Guyup rukun terasa dalam kegiatan ini.

"Kami selalu menantikan momentum ini, makan bersama, setelah shalat Id dan berdoa," ujar Nur Fajar (30), warga setempat, Jumat.

Setelah genduren, warga saling bersalaman di halaman masjid. Kemudian, dilanjutkan dengan berziarah ke pemakaman masing-masing orangtua/keluarga yang sudah meninggal.

Lalu dilanjutkan ujung ke rumah-rumah warga yang dilakukan khusus oleh kaum pria.

Usai waktu dzuhur, ujung dilanjutkan oleh kaum perempuan dan anak-anak.

"Makanan kecil, buah-buahan, jajanan, minuman, disediakan di teras rumah, memang disediakan untuk orang-orang yang ujung kemari," ungkap Romelah (50), warga lainnya.

Baca juga: Pastor dan Para Pemuda Katolik Ikut Amankan Shalat Id di Sentani

Tokoh agama setempat Cholisuddin Yuzak, menuturkan bahwa tradisi ujung adalah peninggalan nenek moyang yang masih dilaksanakan oleh generasi sekarang.

Tradisi ini menunjukkan betapa warga Dusun Sorobayan dan lainnya masih menjunjung tinggi kebersamaan dan kerukunan.

"Tradisi ini harus terus dilakukan, jangan sampai hilang karena ini menandakan kita selalu bersatu, rukun dan taat kepada Allah," ucapnya.

Setelah ujung ke rumah warga Sorobayan, biasanya masing-masing keluarga akan ujung ke rumah orangtua atau keluarga di desa atau kota lainnya.

Kepala Dusun Sorobayan M Sholeh, dalam kesempatan itu, mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap mempererat persaudaraan yang sudah terjalin ini, meski bulan ini bertepatan dengan momentum Pilkada Magelang dan Pilkada Jawa Tengah.

"Sebentar lagi kita akan melaksanakan Pilkada, walaupun pilihan kita beda-beda tetaplah rukun, jangan jadi permasalahan yang memicu konflik sampai kita terpecah belah," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com