Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Campak Serang Warga 6 Dusun Terpencil di Tabulahan

Kompas.com - 19/02/2018, 14:58 WIB
Junaedi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Warga di enam dusun di Desa Malatiro, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, terjangkit wabah penyakit campak dengan ciri-ciri mata bengkak dan memerah serta sekujur tubuh gatal-gatal.

Sejumlah anak yang telah diperiksa sampel darahnya dipastikan terjangkit campak. Minimnya pemahaman masyarakat yang mayoritas masih kukuh mempertahankan adat dan kepercayaan animisme hingga menolak anak-anak mereka diimunisasi campak sejak dini, menjadi kendala petugas kesehatan memerangi penyakit campak yang sebelumnya juga pernah mewabah

Data sementara di Dusun Kampung Tua mencatat ada sekitar 48 warga yang mayoritas anak-anak diduga terserang campak.

Kepala Puskesmas Tabulahan Iriana menyebutkan, penyakit campak ini mulai dilaporkan warga yang menjadi korban pada Selasa (13/2/2018) lalu.

Sejumlah warga memberikan informasi ke posyandu desa terkait adanya enam warga yang mengalami demam tinggi disertai gatal-gatal dan kemerahan pada mata di Dusun Kampung Tua. Petugas Posyandu yang menerima laporan tersebut langsung menyampaikannya ke Puskesmas Tabulahan hingga ke Dinas Kesehatan Mamasa.

Baca juga : Menkes: 71 Orang Meninggal dalam Kasus Gizi Buruk dan Campak di Asmat

Menurut Iriana, petugas kesehatan Puskesmas Tabulahan langsung membentuk tim reaksi cepat, termasuk berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa untuk menyikapi laporan warga tersebut.

Tahun lalu, kasus serupa juga pernah muncul dan menyerang sejumlah warga, terutama anak-anak di desa ini, namun cepat ditangani petugas hingga tidak mewabah.

“Banyak warga yang enggan anaknya diimunisasi campak sejak lahir karena pemahaman mereka terhadap kesehatan masih tradisional,” jelas Iriana

Saat ini, petugas kesehatan dari Puskesmas Tabulan yang didukung langsung Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa sudah lima hari membuka posko pengobatan di desa tersebut.

Berdasarkan data yang peroleh petugas kesehatan, ada sekitar 44 orang yang terserang penyakit yang diduga campak. Mereka tersebar di enam dusun di perkampungan tua, dan secara keseluruhan di Desa Malatiro sebanyak 48 orang terindikasi terserang penyakit yang sama.

Merebaknya penyakit campak diduga terjadi karena kurangnya kesadaran penduduk setempat untuk melakukan imunisasi campak bagi anak-anak mereka sejak dini. Sebagian warga yang berada daerah itu masih kental dengan adat dan istiadat serta kepercayaan mereka.

Menurut Iriana, sebelumnya warga di kecamatan tersebut juga terserang campak pada Desember lalu. Enam warga sempat dilaporkan terjangkit campak dengan gejala yang sama. Tiga di antaranya dinyatakan positif setelah melalaui pemeriksaan laboratorium. Namun saat itu cepat tertangani.

Camat Tabulahan, Usman mengatakan, dibutuhkan sikap profesionalisme petugas kesehatan setempat agar bisa melakukan pendekatan terhadap masyarakat di Desa Malatiro agar sadar arti penting kesehatan. Alasannya, sebagian besar warga yang ada di desa tersebut masih hidup ala masyarakat primitif dan masih memegang teguh aliran kepercayaan yang menolak pelayanan kesehatan seperti imunisasi campak gratis bagi anak-anak mereka.

“Ini tantangan bagi petugas kesehatan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat agar mereka sadar akan pentingnya pelayanan kesehatan bagi mereka,” jelas Usman.

Baca juga : Ini Strategi Menkes Atasi KLB Gizi Buruk dan Campak di Asmat

Desa Malatiro adalah perkampungan yang terletak di lereng pengunungan Kecamatan Tabulahan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).

Jarak dari ibu kota Kabupaten Mamasa ke Kecamatan Tabulahan kurang lebih 80 kilometer yang bisa ditempuh menggunakan motor. Sedangkan jarak dari ibu kota Kecamatan Tabulahan menuju Desa Malatiro mencapai sekitar 9 kilometer.

Kondisi infrastuktur jalan dan jembatan serta lokasi sungai yang dilintasi sepanjang jalan dari lokasi ke kota Mamasa membuat warga desa terpencil ini jarang bepergian ke kota.

Hasil jerih payah mereka sebagai petani dan kebun berupa buah-buahan umumnya hanya untuk konsumsi sendiri dan jarang diperjualbelikan ke kota dengan alasan akses jalan yang tidak mendukung serta biaya operasional yang tinggi.

Kompas TV Lanud Abdul Rachman Saleh Malang, Jawa Timur, mengirim bantuan obat dan makanan bagi warga Kabupaten Asmat, Papua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com