Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak di Perbatasan Lumbis Ogong Miliki Kartu "My Kid" Malaysia

Kompas.com - 05/02/2018, 06:40 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com — Kedekatan wilayah membuat ibu-ibu di wilayah perbatasan Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, lebih memilih melahirkan ke Malaysia.

Untuk mengakses layanan kesehatan di Malaysia, warga hanya membutuhkan waktu 1,5 jam ke Pagalungan. Sementara ke Kecamatan Mansalong, Indonesia, dibutuhkan waktu hingga 5 jam.

“Kalau ibu-ibu di Lumbis Ogong perutnya sudah merasa melahirkan di malam hari, pagi-pagi jalan pukul 08.00 sudah sampai di Pagalungan,” ujar anggota DPRD Nunukan yang berasal dari Kecamatan Lumbis Ogong, Karel Sompoton, belum lama ini.

Karena melahirkan di klinik bersalin di Malaysia, anak-anak warga Kecamatan Lumbis Ogong dipastikan memiliki kartu My Kid atau surat kelahiran atau surat beranak yang dikeluarkan Malaysia.

(Baca juga: Indonesia dan Timor-Leste Kerja Sama Bangun Jembatan di Perbatasan)

Dengan kartu tersebut, warga bisa mengurus surat tanda penduduk negara Malaysia atau IC. “Di Malaysia, kalau ibu-ibu melahirkan di sana, mereka diberikan surat beranak dan surat inilah dasar untuk membuat IC ke depannya,” ucap Karel.

Selain dekatnya klinik bersalin Malaysia dengan Kecamatan Lumbis Ogong, mahalnya biaya transportasi menuju rumah sakit di Kabupaten Nunukan menjadi pertimbangan warga melahirkan di Malaysia.

Keselamatan ibu melahirkan juga menjadi salah satu alasan warga melahirkan di Malaysia karena dekatnya layanan kesehatan Malaysia.

“Kalau ke Nunukan, sekali jalan biayanya bisa Rp 3 juta. Perjalanannya 4 hingga 5 jam,” katanya.

(Baca juga: Patroli Perbatasan Gagalkan Penyelundupan Imigran Ilegal ke Meksiko)

Karel mengatakan, warga di perbatasan Kecamatan Lumbis Ogong memiliki identitas ganda. Hal itu hanya sarana untuk bisa bertahan hidup. Apalagi, untuk memenuhi kebutuhan pokok, mereka masih tergantung pada Malaysia. 

Menurut dia, rasa nasionalisme warga di wilayah perbatasan Lumbis Ogong masih tinggi. Itu terbukti dari bertahannya mereka menjadi WNI meski dengan situasi yang sulit.

“Kami di Ogog ini kan dikatakan masih tertinggal, terjauh, terisolasi, dan sebagainya, maka IC ini untuk kemudahan masyarakat cari kerja atau apa di sana atau meninjau keluarga di sana, itulah suatu kemudahan, itu tidak bisa dimungkiri,” ucapnya.

Kompas TV Pemerintah kota berharap kampung merah putih jadi semakin menarik bagi para wisatawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com