Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gac, Buah Langka dari Surga, Kini Ada di Gunungkidul

Kompas.com - 19/01/2018, 12:47 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tahu gac? Gac alias Momordic cochonchinensis memiliki warna oranye kemerahan di bagian luarnya dengan duri tumpul yang memenuhi permukaan buah.

Saat dibuka, bagian dalamnya mirip markisa namun berwarna merah darah. Buah ini dinikmati dengan cara seluruh isi diambil, dimasukkan ke dalam gelas lalu diaduk dengan sedikit air, lalu diminum.

Buah langka yang memiliki julukan 'fruit from heaven' ini mulai dikembangkan di Gunungkidul, Yogyakarta. Selama ini, buah ini hanya dikembangkan di Vietnam dan baru-baru ini di Thailand.

Budi Kuncoro, warga Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, adalah salah satu orang yang mengembangkan gac. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas (THL) Dinas Pertanian dan Pangan ini menanam pohon yang tumbuh merambat ini di Desa Siraman.

"Awalnya saya melihat buah ini di internet dan tertarik untuk membudidayakannya. Buah ini menurut penelitian memiliki antioksidan puluhan kali dibandingkan buah lain. Bahkan mengurangi sel kanker, maka saya tertarik mengembangkan buah gac," katanya, Jumat (19/1/2017).

(Baca juga: "Buah dari Surga", Bagaimana Rasanya?)

Budi mengatakan, pengembangan buah gac banyak dilakukan di Vietnam lalu kemudian dikembangkan di Thailand dan sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri, lanjut Budi, saat ini baru menikmati hasil olahan berupa jus yang diedarkan melalui jaringan multi level marketing.

"Setengah liter jus setahu saya harganya Rp 150.000 per setengah liternya," ungkapnya.

Menurut Budi, tak terlalu sulit mengembangkan buah yang belum diketahui asal usulnya itu. Di kontur tanah tipis seperti di Gunungkidul, bibitnya bisa berkembang dengan baik. Tak ada hama, hanya lalat buah musuh utamanya.

Setiap kali menanam, harus ditanam empat sampai lima pohon karena demi mendapatkan buah, bunga jantan dan betina harus kawin dalam kondisi tepat.

"Jika hanya satu atau dua pohon nanti tidak mesti bareng tumbuhnya bunga. Saya memperoleh bibit dari online," ucapnya.

Cara menanamnya, lanjut Budi, mudah sekali dengan menggunakan biji yang diletakkan dalam wadah berisi air. Tetapi untuk mempercepat pertumbuhan harus digosok atau dikerik terlebih dahulu. Sebab, jika tidak digosok, kecambah baru bisa muncul 6 bulan kemudian.

Wujud pohonnya mirip pohon anggur dan berbuah hingga puluhan butir. Namun, kini belum dijual untuk umum.

"Ke depan akan terus dikembangkan. Saat ini memang belum banyak warga yang mengetahui manfaat buah ini," ucap Budi.

Putra, salah satu warga yang pernah mencoba merasakan buah gac, mengaku baru pertama kali merasakannya.

"Rasanya hambar, sedikit ada rasa kecut. Informasinya buah ini baik untuk kesehatan," katanya.

 

Kompas TV Ukiran-ukiran pada tanaman bonsai ini sekilas tampak terbuat dari batu. Namun siapa yang menyangka jika ukiran ini dibuat dari bahan dasar limbah bangunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com