Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabup Karawang: Beras Langka karena Program 3 Kali Tanam yang Dipaksakan

Kompas.com - 16/01/2018, 22:48 WIB
Farida Farhan

Penulis

KARAWANG, KOMPAS.com - Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari menilai, kelangkaan beras terjadi karena gagal panen akibat serangan hama. Ia mengklaim hal tersebut disebabkan program percepatan tanam 3 kali dalam satu tahun yang terkesan dipaksakan.

"Langkanya beras ini akibat gagal panen yang dipicu oleh hama. Hama ini muncul akibat kebijakan tiga kali tanam padi dalam setahun," katanya di sela inspeksi mendadak di Pasar Induk Beras Johar, Karawang, Selasa (16/1/2018).

Ia bahkan meminta Menteri Pertanian mengevaluasi kebijakan tanam padi tiga kali dalam satu tahun. Menurutnya, program tersebut terkesan dipaksakan. Ia justru menyarankan petani di Karawang cukup menanam 2 kali dalam satu tahun.

"Kalau misalnya ingin tiga kali tanam. Pak Menteri yang terhormat saya mohon untuk menggunakan sistem padi-padi lalu palawija," ujarnya.

Sementara soal impor beras, menurutnya, kebijakan tersebut seperti simalakama, lantaran merugikan pihak petani.

"Rencana impor ini di satu sisi akan menolong masyarakat karena harga beras akan turun. Tetapi di sisi lain petani akan menangis, karena harga pembelian gabah akan murah," imbuhnya.

Baca juga : Stok Beras Jatim Aman, Warga Diminta Tidak Panic Buying

Ia mengatakan, untuk menurunkan harga beras, pemerintah bersama Badan Urusan Logistik (Bulog) akan mengguyur beras sejahtera (rastra) sebanyak 12.000 ton ke seluruh warga Karawang.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, kebijakan tanam padi tiga kali dalam setahun merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi beras di Indonesia.

"Kalau urusannya hama, bukan tanamnya yang harus dihentikan tetapi ya hamanya yang harus dihentikan. Kalau kita ingin tingkatkan produksi, yang proses produksi yang kita tingkatkan. Dari tanam dua kali ya jadi tiga kali tanam," ujar Amran saat berkunjung ke Karawang beberapa pekan lalu.

Selain itu, pemerintah juga telah menciptakan varietas inpari 43, yang tahan hama dan memiliki produksi 9 hingga 10 ton per hektar.

Di Karawang sendiri, kata dia, pada bulan Januari ini sudah siap panen 10.000 hektar dari jumlah siap panen di Jawa Barat yang mencapai 100.000 ribu hektar.

Pasokan beras kurang

Di sisi lain, Ketua Paguyuban Pedagang Beras Pasar Beras Johar, Sri Narbito mengklaim para pedagang mengalami kekurangan pasokan beras sebesar 200 hingga 300 ton per hari. Hal ini menurutnya menjadi penyebab harga beras di Karawang meroket.

"Setiap hari para pedagang beras membutuhkan sedikitnya 1.000 ton per hari untuk mengoptimalkan kebutuhan pasar beras," katanya.

Baca juga : Ganjar Kaget, Harga Beras C4 Tembus Rp 13.000 Per Kilo

Sri juga mengaku upaya pemerintah yakni Bulog dalam operasi pasar dengan mengguyur cadang beras pemerintah dinilai tidak mampu menurunkan harga beras. Pasalnya, kualitas beras Bulog tidak laku di pasaran.

"Pertama kualitas, lalu baunya apek. Kita sudah kemas, lalu harganya juga kita jual Rp 8.000 per kilogram. Tetapi tetap kurang peminat," kata dia.

Kepala Bulog Subdivre Karawang-Bekasi, Muhammad Syaukani membantah bahwa beras CBP yang diturunkan oleh Bulog tidak laku di pasaran.

"Buktinya itu bohong. Sampai saat ini kami berhasil melakukan pengguyuran hingga 10.000 ton beras. Jika ada yang kualitasnya jelek juga itu cuma satu atau dua karung saja. Kalau dipresentasekan itu hanya 0,00 sekian persen," tutupnya.

Kompas TV Ada 1.125 ton beras tertampung di Gudang Bulog Saukang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com