Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik dan Puisi untuk Munir...

Kompas.com - 07/09/2017, 20:09 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) dan sejumlah mahasiswa memperingati 13 tahun kematian Munir Said Thalib, aktivis HAM yang meninggal diracun pada tahun 2004 silam, Kamis (7/9/2017).

Peringatan berlangsung di Kafe Pustaka, Universitas Negeri Malang (UM). Puisi, musik, dan sejumlah jenis kesenian mengalun mengiringi peringatan meninggalnya aktivis asal Kota Batu, Jawa Timur itu.

Pegiat Omah Munir, Haris el Mahdi mengatakan, awalnya peringatan itu mengusung tema refleksi perjuangan Munir. Namun kemudian diganti dengan maklumat Munir "Menyeru Keadilan, Merawat Toleransi" yang diisi dengan pentas seni dan doa lintas agama.

Pentas seni menjadi pilihan dalam peringatan itu sebagai bentuk kritik terhadap sistem perpolitikan di Indonesia yang disebutnya sudah kotor.

(Baca juga: Idealisme Munir dan Ironi Kematian di Pesawat Garuda...)

 

"Ketika politik itu kotor, puisi yang membersihkan. Ketika politik itu sakit musik yang menyembuhkan," ujarnya sembari mengutip perkataan Presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy.

"Maka satu- satunya cara memperjuangkannya melalui puisi dan musik. Puisi dan musik yang meginsipirasi," ucapnya.

Sosiolog dari Universitas Brawijaya itu juga menyayangkan komitmen pemerintah yang enggan mempublikasikan hasil penyelidikan tim pencari fakta (TPF) kasus Munir.

Padahal, Komisi Informasi Publik (KIP) pada tahun 2016 sudah memutuskan Kemensetneg supaya mempublikasikan temuan TPF. "Sekarang kita menunggu kemauan Jokowi untuk membuka itu," jelasnya.

(Baca juga: 7 September 2004, Munir Said Thalib Tewas Dibunuh...)

 

Namun demikian, advokasi terhadap kasus kematian Munir tetap berlanjut. Pihaknya juga akan terus pengajarkan pendidikan HAM untuk setiap generasi. "Advokasi Munir tetap. Selain itu kita juga bergerak di pendidikan HAM," kata aktivis Gusdurian tersebut.

Tokoh Buddha dari Wihara Padepokan Dhammadipa Arama Batu, Kadek Dani Saputra mengungkapkan kekagumannya pada sosok Munir. Menurutnya, Munir adalah pejuang hak asasi manusia yang tangguh.

"Munir memperjuangkan hak orang lain. Bukan hanya dirinya sendiri tapi semua orang," katanya seusai menghadiri acara tersebut.

Kompas TV Istri almarhum aktivis HAM Munir, Suciwati mengaku kecewa dengan keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang membatalkan keputusan komisi informasi pusat terkait dokumen tim pencari fakta. Suciwati menilai putusan PTUN sama saja dengan melegalkan kejatahan negara atas dugaan menyembunyikan atau menghilangkan dokumen tim pencari fakta kasus munir. Suciwati menganggap putusan PTUN bertentangan dengan fakta-fakta bahwa dokumen telah diserahkan kepada pemerintah di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Suciwati juga menganggap terjadi kejanggalan dalam pemeriksaan permohohan di PTUN karena dilakukan tidak secara terbuka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com