Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Gas 3 Kg di Kotawaringin Barat Tembus Rp 55.000

Kompas.com - 07/09/2017, 18:13 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, kesulitan memperoleh gas elpiji 3 kilogram. Kalaupun memperolehnya, harga elpiji tabung gas melon itu jauh melampaui ketentuan harga eceran tertinggi (HET).

Dari pantauan Kompas.com, rata-rata harga elpiji 3 kg di Kota Pangkalan Bun di atas Rp 30.000. Seperti di Kecamatan Kumai yang lokasinya berdekatan dengan Kota Pangkalan Bun, harga elpiji di atas Rp35.000.

Sementara di Kecamatan Kotawaringin Lama, 35 km dari Pangkalan Bun, harganya bisa mencapai Rp 55.000.

Menurut Budianto (30), pedagang sebuah kedai kopi di Jalan Sutan Syahrir Pangkalan Bun, ia harus bersusah-payah memperoleh harga gas murah di pangkalan resmi. Itupun harganya sudah di atas HET.

 

"Harganya Rp20.000. Nyarinya susah. Tulisan HET-nya Rp 18.000, dijual Rp 20.000. Kakak saya sering beli di eceran di atas Rp 30.000, Itu pun langka," ucap Budianto, Kamis (7/9/2017).

(Baca juga: Ini Cara Jonan Menurunkan Harga Gas di Medan)

Menurutnya, untuk memperoleh elpiji murah, ia harus tahu waktu kedatangan pasokan gas dari agen. "Kalau enggak, dibilangnya habis. Di pangkalan sekali datang bisa 200 tabung, tak sampai satu jam habis," jelasnya.

Ia mengatakan, di pangkalan hanya bisa mendapatkan satu tabung. Tapi di eceran, apabila barangnya ada, pembeli bisa memeroleh 10 atau 15 tabung elpiji 3 kg.

Budianto menduga, langka dan mahalnya elpiji 3 kg ini karena barang yang ada di pangkalan, dijual kembali beberapa kali (reseller) ke pedagang eceran.

Dugaan itu sesuai dengan pengakuan seorang pedagang eceran di Kumai, yang namanya enggan dipublikasikan. Ia mengaku menjual seharga Rp 38.000 karena ia membeli seharga Rp 35.000 per tabung.

Menyikapi situasi itu, Pemkab Kotawaringin Barat harus menggelar rapat koordinasi dengan para agen dan pangkalan penjual gas elpiji, Kamis (7/9/2018).

Dalam rapat itu, Ahmad Eri, salah seorang pemilik agen elpiji menyatakan, langkanya elpiji 3 kg terjadi setelah sejak April 2017 setelah pasokan elpiji dari Pertamina berkurang 20 persen. "Dulu tak ada masalah, sekalipun ada penjual eceran," tutur dia.

(Baca juga: Pertamina Tambah Pasokan agar Harga Gas 3 Kg di Mamuju Utara Kembali Normal)

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Kabupaten Kotawaringin Barat, Jahotler Lumban Gaol mengungkapkan, pangkalan yang berani menjual ke pedagang eceran, harus diberi sanksi.

Sebab, harga tertinggi sampai ke konsumen harus sesuai HET Kotawaringin Barat sebesar Rp18.000.

Wakil Bupati Kotawaringin Barat, Ahmadi Riansyah memutuskan pihaknya akan mengawasi penjualan elpiji 3 kg dengan menggunakan kartu kendali.

Tak hanya itu, pihaknya juga membentuk tim terpadu pembinaan pengawasan penggunaan elpiji 3 kg dan akan mengeluarkan edaran perihal pengawasan ini. "Kita akan menindak yang menjual di atas harga eceran tertinggi dan penjual di luar pangkalan," tegasnya.

Kompas TV Putusnya jalan nasional akibat tanah longsor, kini mulai mengganggu perekonomian warga. Pasca-tanah longsor akhir pekan lalu, masyarakat di Kecamatan Darma, Kuningan mulai kesulitan memperoleh bahan bakar, dan bahan pokok. Untuk bisa memperoleh gas, banyak warga dan pedagang harus menempuh perjalanan berat. Susahnya transportasi, mengakibatkan harga jual bahan bakar dan bahan pokok melonjak. Harga gas ukuran 3 kilogram, misalnya, kini naik dari Rp 18.000 menjadi Rp 20.000. Warga pun berharap, pemerintah bisa segera memperbaiki jalan yang terputus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com