Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut Kecelakaan Maut di Ambon, Warga Bakar Mobil Perusahan

Kompas.com - 29/08/2017, 19:12 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Warga Dusun Taeno, Desa Rumahtiga, Kecamatan Teluk Ambon, Selasa (29/8/2017) sore mengamuk sambil merusak dua kendaraan milik perusahan yang mengerjakan proyek perbaikan jalan di dusun tersebut.

Dua kendaraan yang dirusak adalah truk dan pick up yang sedang mengangkut aspal. Warga yang marah bahkan membakar mobil pick up.

Insiden pengrusakan disertai pembakaran mobil itu dipicu insiden kecelakaan maut yang menyebabkan dua warga dusun tersebut tewas. Kedua warga yang tewas yakni pasangan suami istri Hairudin Rumbia (64) dan Wa Nona.

Pantauan Kompas.com di lokasi kejadian, tampak api masih terlihat menyala di bagian ban mobil pick up yang memuat aspal. Sedangkan mobil truk rusak di bagian kaca karena dilempari warga.

(Baca juga: Libatkan 11 Kendaraan, Kecelakaan Beruntun di Malang Tewaskan 4 Orang)

 

“Iya tadi warga spontan membakar mobil perusahan itu, mungkin karena mereka tidak terima. Tapi kita dari pihak keluarga menenangkan mereka,” kata La Suha Rumbia, kakak kandung korban di Dusun Taeno, Selasa (29/8/2017).

Kapolsek Teluk Amnbon, Iptu Megawati Marwanaya mengaku, saat ini lima pekerja proyek termasuk penanggung jawab proyek telah ditahan dan dimintai keterangannya. Meski begitu dia tidak mengetahui perusahan yang mengerjakan proyek tersebut.

“Lima orang dari pihak pekerja proyek itu sudah diamankan dan akan dibawa ke Polres Ambon. Soal nama perusahan kita masih menyelidikinya,” ujarnya.

Salah satu kerabat korban meninggal dunia, Sabarudin mengaku, proyek pengerjaan jalan di dusun tersebut dilakukan asal-asalan. Sebab tidak ada papan proyek yang dipasang di sekitar lokasi proyek.

“Warga di sini tidak tahu nama perusahan yang mengerjakan proyek ini, karena proyek tersebiut tidak menggunakan papan proyek,” ucapnya.

(Baca juga: Kronologi Kecelakaan Beruntun yang Menewaskan 2 Korban di Kota Bima)

Dia mengaku, pihak yang mengerjakan proyek tidak memberikan akses bagi masyarakat di pegunungan yang ada di wilayah itu.

"Mereka mengerjakan jalan itu secara keseluruhan sehingga warga di sini sama sekali tidak bisa lewat. Padahal kami telah minta agar pekerja mengerjakan sebagian jalan dulu. Lebih parahnya itu dilakukan di siang hari bukan malam hari, jadi kami terisolasi," ungkap Hairudun.

Dia meminta Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Ambon dapat menindaklanjuti kasus itu. ”Kami berharap pihak pekerja dapat diproses dalam kasus ini,” tutupnya.

Kompas TV Akibat peristiwa ini, wahana bungee jumping di Shidu Natural Park ditutup sementara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com