Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung Maleo Hadapi Ancaman Serius

Kompas.com - 25/08/2017, 08:43 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com  -  Dari 132 lokasi peneluran burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Indonesia, hanya di 5 tempat yang belum menghadapi ancaman.

Sedangkan sisanya, 42 lokasi telah ditinggalkan, 42 sangat terancam, 12 tidak diketahui lagi dan 31 statusnya terancam.

Satwa endemik dari Pulau Sulawesi dan Buton ini masuk dalam daftar Endangered oleh IUCN Red List dan terdaftar dalam CITES Appendik 1 dan jenis dilindungi oleh PP No 7/1999.

Ancaman di alam terhadap burung maleo antara lain pencurian telur oleh masyarakat, pemangsaan telur dan anakan maleo oleh predator seperti biawak dan ular, kerusakan habitat akibat perambahan, illegal logging, banjir atau kebakaran hutan dan lahan, serta perburuan maleo dewasa.

(Baca juga: Situs Peneluran Burung Maleo Masih Menyimpan Misteri)

“Dari hasil penelitian, menunjukkan dari 36 lokasi yang ada di dalam dan sekitar TNBNW, tersisa hanya 18 lokasi, yakni 10 di luar dan 8 di dalam kawasan,“ kata Noel Layuk Allo, Kepala Balai TNBNW pada workshop Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Maleo, Jumat (25/8/2017).

Sebagai satu dari 25 satwa langka yang menjadi prioritas konservasi, maleo memiliki ruang hidup yang sempit. Habitat hidupnya hanya di kawasan tertentu dan sangat peka terhadap kehadiran perubahan.

Tidak seperti burung lainnya, maleo hanya bertelur dan meletakkannya dalam kawasan hutan yang memiliki panas bumi atau di pasir pantai. Telur-telur ini kemudian ditinggalkan dan menetas dengan bantuan panas bumi atau panas sinar matahari di pantai.

“Situs monitoring maleo di TNBMW berada di Hungayono 7 ha, Tambun 5 Ha, dan Muara Pusian 4 Ha,” lanjut Noel Layuk Allo.

(Baca juga: Demi Anoa, Babirusa, dan Maleo...)

Untuk konservasi maleo di taman nasional,  Balai TNBNW bekerja sama dengan Wildlife Conservation Society (WCS) melalui kegiatan pengelolaan ladang peneluran, pembuatan bangunan penetasan telur (Hatchery).

Selain itu melatih dan mempekerjakan penjaga yang berasal dari desa sekitar ladang peneluran dan kampanye konservasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com