Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catur Adi Sagita, Anak Buruh Tani yang Rajai Catur Pelajar Asia

Kompas.com - 18/08/2017, 09:54 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PACITAN, KOMPAS.com - Usia Catur Adi Sagita, warga Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur belum genap 17 tahun. Namun prestasi anak buruh tani ini sudah mengharumkan nama bangsa di kancah olahraga catur tingkat internasional.

Sederet prestasi memenangkan kompetisi catur sudah diraih remaja yang lahir di Pacitan 21 Desember 2001 silam sejak duduk dibangku kelas 2 SD. Terakhir, Catur menyabet tiga medali emas dalam ajang Kejuaraan Catur Antar-Pelajar Asia yang diikuti 23 negara di Tiongkok, akhir Juli 2017.

"Saya mendapatkan tiga medali emas di tiga nomor sekaligus, yakni catur standar perseorangan, cepat perseorangan, dan kilat perseorangan," kata Catur saat ditemui di Kantor Persatuan Catur Indonesia (Percasi) Pacitan, Kamis (17/7/2017) sore.

Dalam kompetisi itu, Catur mewakili Indonesia di ajang  The 13th Asian Schools Chess Championship di kelompok umur 17 tahun.

Ia menceritakan ketertarikannya bermain catur berawal saat Wakimin, almarhum kakeknya mengajarinya bermain catur pertama kali saat ia masih duduk dibangku kelas satu SD. Berawal dari pelajaran yang diberikan kakeknya, ia akhirnya menjadi senang bermain catur.

Hobinya bermain catur membuatnya berhasil meraih juara olimpiade cabang olahraga catur di tingkat kabupaten kelahiran Presiden SBY itu tahun 2007. Padahal saat itu ia masih duduk dibangku kelas 2 SD.

Mengetahui bakat gemilang Catur, Percasi Pacitan langsung menawari Catur untuk pembinaan. Tawaran itu pun tak disia-siakannnya.

Untuk mendapatkan bekal pengetahuan tentang bermain catur di Percasi, Catur tak hanya mengandalkan kemampuan otaknya saja. Setiap hari saat masih SD, Catur harus rela berjalan sejauh empat kilometer menuju tempat latihan. Pasalnya dari Terminal Arjowinangun ke tempatnya latihan tidak ada akses angkutan umum.

"Saat itu kan belum ada kendaraan. Jadi setiap menuju tempat latihan saya harus berjalan kaki dari terminal," ujar dia.

Baca juga: Irfan, Siswa Taruna Nusantara Peraih "Grand Champion" Kontes Matematika Dunia

Kegigihan dan tekad Catur mengikuti latihan, membuat Asraf seorang guru SD Pacitan tersentuh. Guru SD Pacitan itu lalu mengangkatnya sebagai anak angkat dan meminta Catur tinggal di rumah Asraf di Desa Menadi, Kecamatan Pacitan, Pacitan.

Sejak tinggal bersama sang guru, prestasi Catur dalam dunia percaturan makin mencuat. Beberapa prestasi yang pernah diraih di antaranya, menyabet medali perungu di ASEAN Age 2010, medali emas di Asean Primary School Olimpyad 2010 tingkat Asia Tenggara, medali emas di ASEAN Age 2012, peringkat lima di Wolrd Youth Chess Championship di Yunani 2013, dan tiga medali emas di The 13th Asian Schools Chess Championship di China 2017.

Kini setiap hari sepulang sekolah, Catur berlatih menimal 8 jam bersama murid-murid di Percasi Pacitan. Untuk mengasah kemampuannya Catur berlatih bermain catur menggunakan komputer. "Sehari minimal delapan jam," katanya.

Keluarga catur

Kelihaiannya bermain catur ternyata tidak hanya dimiliki Catur. Tiga kakak kandungnya, Mahendra Adi Saputra, Lovita Adiyati, dan Ade Ajeng Tria Adila juga handal bermain catur. Bahkan saat kompetisi Porda Jatim, Catur dan dua kakaknya Mahendra Adi Putra serta Lovita Adiyati berhasil membawa pulang medali emas.

Juara yang diraih bersama dua kakaknya mendapatkan uang pembinaan yang mereka pakai memperbaiki rumahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com