Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Kera di Desa Sepakung, BKSDA Turunkan Tim Observasi

Kompas.com - 11/08/2017, 19:31 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah menurunkan tim ke Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang untuk melakukan observasi. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan data-data lapangan dan melihat langsung kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan kera liar.

"Kami datang untuk memastikan informasi serangan kera liar di desa Sepakung ini. Kami mengumpulkan data-data sebagai dasar untuk mengambil tindakan terhadap serangan hama kera," kata Koordinator Satgas Konflik Manusia dengan Satwa Liar BKSDA Provinsi Jawa Tengah, Suhariono di Sepakung, Jumat (11/8/2017) siang.

Menurut Hariono, data dan temuan di lapangan tersebut menyangkut rincian luas lahan yang terdampak, jumlah kawanan kera, termasuk perkiraan jumlah kerugian yang ditimbulkan.

"Kami juga menyarankan Kepala Desa Sepakung untuk secepatnya menyampaikan laporan resmi ke BKSDA, selain data yang kami himpun di lokasi," ujarnya.

Setelah data dan laporan tersebut masuk, akan ditindaklanjuti dengan observasi lanjutan untuk melihat daya dukung alam di lokasi tersebut. Seperti berapa besar populasi kera liar yang ada dan luasan habitatnya.

Baca juga: Hadapi Serangan Kera, Bupati Semarang Minta Bantuan Pawang dari Banten

Hasil observasi tersebut nantinya akan menentukan langkah apa yang perlu diambil. Misalnya jika memang telah over populasi maka perlu dilakukan pengurangan populasi kera di Desa Sepakung.

"Kami hanya sebatas mengusulkan, yang berhak menentukan perlunya dilakukan pengurangan populasi adalah Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” ucapnya.

Sebelumnya Bupati Semarang Mundjirin mengaku belum menemukan formulasi yang tepat untuk mengatasi serangan kera hutan Cemoro Sewu di desa Sepakung.

Jangka panjang, Mundjirin berpandangan bahwa keberadaan kera-kera tersebut bisa dimanfaatkan untuk obyek wisata. Pengelolaan kera liar menjadi daya tarik sektor wisata ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa daerah. Seperti di objek wisata Sangeh Bali atau di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Lha kita jangka panjangnya mestinya ke sana, ke arah wisata. Tapi kita belum punya gambaran lokasi mana yang kita kita bisa di pakai untuk itu," ujar dia.

Kompas TV Tradisi Unik Beri Makan Kera Ini Ada di Banyumas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com