Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Serangan Kera, Bupati Semarang Minta Bantuan Pawang dari Banten

Kompas.com - 10/08/2017, 15:55 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Serangan kera ke Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ternyata pernah terjadi sekitar lima tahun yang lalu.

Bupati Semarang Mundjirin mengatakan, saat itu ratusan hektar ladang dan sawah di empat dusun di Desa Sepakung, yakni Dusun Serandil, Jengkol, Gowono dan Dusun Kenongo dirusak ratusan kera yang turun dari hutan Cemoro Sewu.

Warga dan Pemkab Semarang tidak berdaya mengatasi serangan primata tersebut. Pihaknya lantas meminta bantuan kepada Pemerintah Pusat dan sempat didatangkan tim pawang kera dari Banten.

Saat itu tidak kurang 500 ekor kera ditangkap hidup-hidup. “Karena tidak boleh dibunuh, dibasmi tidak boleh, diracun juga tidak boleh, akhirnya tertangkap sekitar 500 ekor. Tidak tahu dibawa kemana atau dibudidayakan atau apa," kata Mundjirin, Kamis (10/8/2017).

Lima tahun berselang ternyata serangan kera kembali terjadi di Desa Sepakung. Mundijirin menduga selama lima tahun tersebut populasi kera malah berlipat ganda, dan saat musim kemarau seperti ini terjadi ketidakseimbangan rantai makanan. Sehingga kera turun ke kampung dan menyerang lahan pertanian.

"Lha ternyata tidak ada artinya (ditangkap) 500 itu, akhirnya sekarang lebih dari itu. Di sana kan sekarang kekurangan makanan, sehingga mereka turun ke kampung-kampung," sebutnya.

Mundjirin mengaku sudah menyampaikan laporan fenomena serangan kera di desa Sepakung tersebut kepada Dinas Kehutanan Jawa Tengah. Namun Dinas Kehutanan juga menghadapi dilema yang sama, yakni ketentuan undang-undang yang melarang membunuh kera liar.

Ia berharap tim penjinak kera dari Banten yang pernah didatangkan oleh Pemerintah Pusat lima tahun yang lalu tersebut bisa didatangkan lagi. Ia mengakui kemampuan menjinakkan kera liar tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.

"Lha saya mau mencoba mau menyurati (pusat) lagi, minta bantuan lagi. Siapa tahu orang-orang yang dari Banten itu masih hidup dan bisa didatangkan lagi ke sini," ujar dia.

Baca juga: Puluhan Kera Serang Ladang, 100 Hektar Tanaman Singkong Dirusak

Sebelumnya diberitakan, sekitar 100 hektar tanaman singkong di empat dusun di wilayah Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang gagal panen akibat diserang kawanan kera.

Kepala Desa Sepakung, Ahmad Nuri mengatakan, serangan primata tersebut sudah berlangsung sejak tiga pekan terakhir. Ditengarai musim kemarau telah mengakibatkan persediaan pangan di hutan telah menipis, sehingga kera-kera ini menyerbu ladang singkong warga.

Serangan kera tersebut terjadi di empat dusun yang wilayahnya berada di pinggiran hutan Cemoro Sewu. Keempat dusun tersebut adalah Dusun Jingkol, Srandil, Gowono dan Dusun Kenongo.

"Total lahan yang dirusak sudah 100 hektar. Mereka sekali turun 30 sampai 50 ekor, biasanya siang sampai sore hari," kata Nuri, Rabu (9/8/2017). 

Kompas TV Musim Kemarau Sebabkan Kawanan Monyet Turun Gunung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com