Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Kalau Rokok Masih Jadi Sumber Pajak, Tidak Boleh Dilarang

Kompas.com - 11/07/2017, 17:13 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta semua pihak berpikir rasional menyoal pro kontra industri rokok di Indonesia. Menurut dia, tembakau tidak boleh dilarang di Indonesia selagi masih dijadikan sumber pendapatan negara.

Hal itu ditegaskannya saat menerima tim Pansus RUU Pertembakauan DPR RI, Selasa (11/7/2017). Pansus itu mencoba menyerap masukan dan aspirasi dari stake holder terkait, terutama dari kalangan produsen tembakau.

"Kalau rokok dan turunannya tidak menjadi komoditas idola pemajakan negara, (jangan dilarang). Kalau iya (tak jadi sumber) nanti ganti yang lain. Kalau itu pasti jalan, pabrik bangkrut dan karyawannya," kata Ganjar, di kantornya.

Baca juga: Jokowi: Rumah Tangga Miskin Lebih Pilih Rokok daripada Makanan Bergizi

Jateng, bersama Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat menjadi provinsi penghasil tembakau di negeri ini. Adapun beberapa wilayah penghasil tembakau di Jateng antara lain Temanggung, Klaten, dan Kendal.

Sementara industri rokok berada di Kabupaten Kudus. Ganjar mengatakan, Kudus yang telah dijadikan kota kretek harus diproteksi karena menyediakan ratusan ribu tenaga kerja. Perputaran ekonomi di kawasan juga terdorong dari kegiatan itu.

"Di Kudus, pabrik rokok banyak dan orang kaya di Indonesia ada di sana, salah satunya usaha rokok," tambah pria 48 tahun itu merujuk bos PT Djarum.

Namun demikian, Pemerintah tetap mengenakan cukai yang tinggi, sehingga mematikan produsen rokok rumahan. Padahal rumah rumahan paling banyak menyerap tembakau dari petani.

Ketika perusahaan kolaps, perusahaan asing masuk dan menjadi penguasa bidang tembakau.

"10 tahun terakhir dilihat berapa perusahaan yang berpindah ke asing. Kalau (tidak dilindungi) nanti tidak berdaya. Saya melindungi. Saya bela petani dan industrinya," tambahnya.

Ganjar yakin bahwa tembakau akan mempunyai manfaat yang baik. Ia tak ingin tembakau yang merupakan kretek dilarang oleh bangsanya sendiri.

"Gusti Allah (buat tembakau) pasti ada manfaatnya, tapi manusia belum pinter. Hanya dibuat linting, susuran (nginang), buang lintah saja," ucapnya.

Baca juga: 50 Persen Pajak Rokok Dialokasikan untuk Kesehatan Masyarakat

Kompas TV Menteri Susi  “Cubit Gemas” Menkeu Sri Mulyani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com